Kubur
الله
quicaq al ghoibi Malenggank di langit
Akal ini melambung dalam
serpihan-serpihan nalar lalu membingkainya menjadi sebuah makna akan sebuah
keadaan “mencekam, gelap dan menakutkan”.
Adalah makna dari sebuah keadaan kubur,
yang oleh sebagian orang adalah gerbang cinta menuju kemerdekaan jiwa ketika
dia mencapai sebuah kefanaan dalam hakikat Kebenaran.
Dan ada
sebagian lagi menganggap kubur sebagai batas kesudahan (tamat) dari segala
ambisi dan mimpi-mimpi kehidupan, olehnya wajar jika banyak yang tidak mau
bicara tentang kubur, biarlah ia datang dengan caranya sendiri sementara mereka
juga mempunyai cara untuk semaksimal mungkin menciptakan jarak dengan kubur
walau itu hanyalah sebuah kesia-siaan dalam lakon hidup mereka.
Kita mengenal
kubur adalah sebatas proses kematian jasad yang seterusnya
dikreasi untuk dikembalikan ke alam asalnya dengan berbagai cara, namun kubur
dalam dimensi ini adalah tingkatan terbawah dari sederet tingkatan kubur
selanjutnya. dalam pandangan kami kubur meliputi ;
Kubur alam
(kubur pada unumnya / kubur syariat),
kubur jasad
yakni jasad adalah kubur dari jiwa (kubur tarikat )
kubur jiwa
yakni kesadaran bahwasannya jiwa adalah kubur bagi diri yang sebenarnya (ruh).
Kubur
Alam
Kubur alam
adalah gerbang bagi jiwa untuk memahami kalau diri bukanlah jasad adanya,
sehingga ketika jiwa masih berjasad, jiwa harus belajar agar tidak dominan
dalam merespon segala sesuatu yang bersifat materi (sumber asal dasar dari
jasad).
Bila jiwa
memahami keadaan ini, maka jiwa memasuki gerbang pemahaman yang ebih tinggi.,
pemahaman jika jasad sesungguhnya merupakan sebuah perangkap jiwa yang harus
dilepas seiring dengan segala ikatan yang selama ini terjalin dalam penyatuan
jasad dan jiwa.
Alam kubur
adalah gerbang pemahaman pada tingkatan ini dan pertanyaan utama pada dimensi
kubur alam ini adalah ” Siapa Tuhanmu..? makna dari pertanyaan ini adalah
pertanyaan nalar yang berorientasi materi, dimana seringnya manusia
menggambarkan sosok Tuhan dalam bentuk fisik atau sebuah obyek sehingga
membutuhkan kesadaran logika bahwa Tuhan bukanlah sosok yang tercipta dari
kreasi alam pikir manusia dalam sebuah “bentuk” karena Tuhan lebih dari itu dan
tiada terbatas (Maha Besar).
Konsekwensi
pada dimensi kubur ini adalah ; jika diri berbuat baik, maka masuk surgalah
imbalannya. Dan jika diri berbuat jahat maka Nerakalah tempatnya.
Kubur
Jasad
Ketika jiwa
memasuki gerbang kesadaran dan mengerti akan esensinya maka jasad adalah sebuah
kubur bagi jiwa, proses selanjutnya memaknai jasad sebagai kubur akan
merefleksikan bagaimana jiwa selama ini menjadikan jasad sebagai kerangka dalam
dimensi ruang dan waktu untuk mewujudkan segala untaian keinginan dalam
terminologi tertentu yang umumnya didominan oleh ego.
Kesadaran
jiwa akan jasad sebagai kebodohan jiwa itu sendiri (yang terbelenggu oleh
keterpikatan duniawi), akan tetapi jasad juga merupakan media perangkap adalah
langkah awal dari perjalanan jiwa dalam menggapai kebenaran dan memahami akan
yang sempurna dari sebuah penciptaan untuk mengantar jiwa pada gerbang
kesadaran akan Kebenaran.
Terbukanya
kesadaran jiwa akan jasad sebagai perangkap adalah seiring kesadaran jiwa itu
sendiri kalau dirinya (jiwa) adalah juga perangkap atas ruh dari jiwa itu.
Selanjutnya
melahirkan perjuangan untuk menyibak berbagai sekat-sekat jiwa akan resonansi
Cahaya Ruhagar jiwa terlebur dengnan Cahaya
Ilahi dan menciptakan keseimbangan jiwa dalam menyikapi vibrasi kehendak yang
bersifat materi (jasad) melalui inderawi.
Pada dimensi
kubur jasad ini, pertanyaannya adalah ; ” Kenal-kah kamu dengan Tuhan-Mu.?”
Makna pertanyaan ini merupakan esensi pemahaman ke-Tuhan-an melalui alam
bathin, dengan indera bathin, dan lebih khusus lagi dengan mata bathin yang
dimulai dengan Cahaya Ruh sedangkan prosesnya dinamakan perjalanan Ruhani.
Kenalkah kamu
dengan Tuhan-mu ? adalah sebuah proses peralihan dari vibrasi dan resonansi
jasad beserta struktur landasan akan makna pembentukan jiwa secara komperhensif
menuju vibrasi Ilahi yang terpancar dari resonansi Cahaya Ruh, sehingga jiwa
mengalami loncatan quantum menuju gerbang peleburan.
Jiwa akan
selalu bercahaya dan mengenal segala sesuatu melalui cahaya karena segala
sesuatu sumbernya adalah Cahaya, meskipun vibrasi itu datang dari alam jasad
yang merupakan refleksi inderawi.
namun semua
adalah Dia adanya….. Konsekwensi pada dimensi kubur ini berupa kedamaian dan
ketenangan dalam kebahagiaan hidup yang dualitasnya adalah kepedihan,
penderitaan dan keterpurukan dalam hidup karena jiwa yang gelap dan menjadi
belenggu nafsu serta ego.
Kedamaian dan
ketenangan yang hakiki sebagaimana yang digambarkan Rasulullah Saw; kubur orang-orang mu’min
adalah laksana taman-taman di syurga.
Bukankah
makna dari taman adalah kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman ? demikianlah
jika jasad seorang manusia telah terkonvert menjadi taman surga yang merupakan
cerminan dari jiwa yang tercahayakan, jiwa yang kebahagiaanya tidak tergantung
pada apapun karena cukuplah Tuhan menjadi sumber kebahagiannnya, lihatlah
Sulaiman sang raja yang kaya, arief dan bijaksana, namun Sulaiman tidak
menyandarkan kebesaran dan kebahagiannya pada vibrasi inderawi.
Renungkan
juga akan ketampanan yusuf dan segala kemilau singgasananya, kemudian pikirkan
sejenak bagaimana ketabahan Luth maka tersingkaplah apa yang seharusnya
termaknai dalam setiap langkah hidup ini.
Kubur
Jiwa
Ini adalah
kubur yang tertinggi dan terberat namun dengan Rahim-Nya serta mujahada, maka Insyaallah
kita dapat memahaminya. Makna kesadaran jiwa sebagai kubur akan mengantar jiwa
pada dimensi kefanaan lantaran kemutlakan Cinta itu sendiri.
Pada dimensi
ini jika tergapai dengan sempurna melalui kekuatan dari-Nya, maka tidak akan
ada lagi pertanyaan sebagaimana pertanyaan pada dimensi-dimensi kubur
dibawahnya, dan yang ada hanya ucapan selamat datang bagi jiwa-jiwa yang
tersucikan ;
“Wahai jiwa
yang tenang ! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan di
ridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hama-hamba-Ku dan masuklah ke dalam
surga-Ku.” (QS. Al Fajr : 27 -30)”.
Ketika
malaikat Izrail mengabarkan kematian pada nabi Ibrahim maka Ibrahim berkata
“Izrail,
sampaikan pada Tuhanku, adakah kekasih yang mematikan kekasih-Nya.?”
Izrail pun
menghadap Tuhan dengan membawa pesan dari Ibrahim.
Tuhan
berfirman “Izrail kalau begitu sampaikan pesanku ini pada kekasih-Ku Ibrahim”
Izrail
kembali menjumpai Ibrahim dan menyampaikan pesan tersebut ;
“Ibrahim,
Tuhan berfirman ; adakah seorang kekasih yang menolak panggilan kekasih-Nya.?”
Ibrahim pun
melebur dalam panggilan itu dengan Cinta.
Lebih
sederhana lagi, adalah hal yang mustahil ketika seorang Istri mendatangi rumah
suaminya (yang telah menjadi rumahnya) lalu ia ditanya oleh penjaga rumah
dengan berbagai pertanyaan sebelum ia diperbolehkan masuk dan bertemu dengan
suaminya.
Namun
demikian satu hal yang menjadi renungan dasar akan berbagai perjalanan dalam
dimensi kubur ini, kita tetap melewati kubur alam, walaupun kita di istimewakan
untuk tidak dihadapkan dengan berbagai pertanyaan dan konsekwensinya. Dan itu
ada pada penyingkapan jiwa dalam gerbang penyatuan menuju kefanaan…
|
|
Dzat wajibul
maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke semua kebaikan. Citra manusia
hanya ada dalam keinginan yang tunggal. Satu keinginan saja belum tentu
dapat melaksanakan dengan tepat, apa lagi dua. Nah, cobalah
untuk memisahkan zat wab/jibul maulana dengan budi, agar supaya manusia dapat menerima
keinginan yang lain”
Manusia yang
mendua adalah manusia yang tidak sampai kepada derajat kemanunggalan.Sementara
manusia yang manunggal adalah pemilik jiwa yang iradah dan kodratnya
telah pula menyatu dengan Ilahi.
Sehingga
akibat terpecahnya jiwa dengan roh Ilahi, maka kehidupannya dikuasai oleh
keinginan yang lain, yang dalam al-Qur’an disebut sebagai hawa nafsu.
Maka
agar tidak terjadi split personality, dan tidak mengakibatkan kerusakan
dalam tatanan kehidupan, harus ada keterpaduan antara Zat Wajibul Maulana dengan budi manusia. Dan
sang Zat Wajibul Maulana ini berada di dalam kedirian manusia, bukan di
luarnya.
“Hyang Widi,
kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini, baka bersifat abadi, tanpa antara,
tiada erat dengan sakit atau pun rasa tidak enak. Ia berada baik di sana,
maupun disini, bukan itu bukan ini. Oleh tingkah yang banyak dilakukan dan yang
tidak wajar,menuruti raga, adalah sesuatu yang baru.
Segala
sesuatu yang berwujud, yang tersebar didunia ini, bertentangan dengan sifat
seluruh yang di ciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang hampa.” Tuhan adalah
yang maha meliputi. Keberadaannya, tidak dibatasi oleh lingkup ruang dan waktu,
ke ghaiban atau kematerian. Hakikat keberadaan segala sesuatu adalah
keberadaan-Nya.
Oleh
karenanya keberadaan segala sesuatu di hadapan-Nya sama dengan ketidak beradaan
segala sesuatu, termasuk kedirian manusia. Maka sikap yang selalu menuruti raga
disebut sebagai “sesuatu yang baru” dalam arti tidak mengikuti iradah-Nya. Raga
seharusnya tunduk kepada jiwa yang dinaungi roh Ilahi.
Sebab raga
hanyalah sebagai tempat wadag bagi keberadaan roh itu. Jangan terjebak hanya
menghiasi wadahnya, namun seharusnya yang mendapat prioritas untuk
dipenuhi perhiasan dan dicukupi kebutuhannya adalah isi dari wadah.
“Gagasan
adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia. Dimanakah adanya Hyang
Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah cakrawala dunia, membumbunglah
ke langit yang tinggi, selamilah dalam bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada
ditemukan wujud yang Mulia.“Ke mana saja sunyi senyap adanya; ke utara,
selatan, barat, timur dan tengah, yang adadi sana-sana hanya di sini adanya.
Yang ada di
sini bukan wujud saya. Yang adadi dalamku adalah hampa yang sunyi. Isi dalam
daging tubuh adalah isi perut yang kotor.Maka bukan jantung bukan otak yang
pisah dari tubuh, laju pesat bagaikan anak panah lepas dari busur,
menjelajah Mekah dan Madinah.”“Saya ini bukan budi, bukan
angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, bukan niat, bukan udara, bukan
angin, bukan panas dan bukan kekosongan atau kehampaan.
Wujud saya
ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas
saya mengelilingi dunia, tanah, api, air dan udara kembali ke tempat
asalnya atau aslinya,sebab semuanya barang baru, bukan asli.”“Maka saya ini Zat
yang sejiwa, menyukma dalam Hyang Widi.
Pangeran saya
bersifat jalal dan jamal, artinya Maha mulia dan Maha indah. Ia tidak mau
shalat atas kehendak sendiri, tidak pula mau memerintahkan untuk shalat
kepada siapa pun. Adapun orang shalat, itu budi yang menyuruh, budi yang laknat
dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan diturut, karena perintahnya
berubah-ubah.
Perkataannya
tidak dapat dipegang, tidak jujur, jika diturut tidak jadi dan selalu
mengajak mencuri.” Menurut Syekh Siti Jenar, Allah bukanlah sesuatu yang
asing bagi diri manusia. Allah juga bukan yang ghaib dari
manusia. Walaupun Ia penyandang asma al-Ghayb, namun itu hanya dari sudut
materi atau raga manusia.
Secara
rohiyah, Allah adalah ke-Diri-an manusia itu. Dalam diri manusia terdapat
roh al-idhafi yang membimbing manusia untuk mengenal dan
menghampirinya. Sebagai sarananya, dalam otak kecil manusia, Allah menaruh
God-spot (titik Tuhan) sebagai filter bagi kerja otak, agar tidak terjebak
hanya berpikir materialistik dan matematis.
Inilah titik
spiritual yang akan menghubungkan jiwa dan raga melalui roh al-idhafi. Dari sistem kerja itulah kemudian
terjalin kemanunggalan abadi. Maka kalau ada anggapan bahwa Allah itu ghaib
bagi manusia, sesuatu yang jauh dari manusia, pandangan itu keliru dan
sesat.Sekali lagi apa yang terurai di atas, adalah suatu kedaaan dan kesadaran
yang sudah tidak ada tingkatan lagi.
Jika masih
ada terdapat tingkatan maka sebaiknya disempurnakan lagi.Karena tingkatan itu
telah dilebur menjadi satu dengan nama keyakinan, sehingga tidak ada
perbedaan atau tingkatan.
Semuanya
berpulang kepada Allah, Tuhan sekalian Alam,apa kata Alam ini ialah juga
kehendak-Nya yang merupakan wujud ADA dalam kehidupan manusia beserta makhluk
lainnya…allahu akbar.
“Syukur kalo
saya sampai tiba di alam kehidupan yang sejati.Dalam alam kematian ini
saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan api neraka. Sakit dan
sehat saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila saya sudah lepas dari
alam saya kematian ini.
Saya akan hidup
sempurna, langgeng tiada ini itu.Dalam prespektif kemanunggalan,
dunia adalah alam kematian yang sesungguhnya,di karenakan roh Ilahinya
terpenjara dalam badan wadagnya. Dengan badan wadag yang berhias nafsu
itulah, terjadi dosa manusia.
Sehingga keberadaan
manusia di dunia penuh dengan api neraka. Ini sangat berbeda kondisinya dengan
alam setelah manusia memasuki pintu kematian. Manusia akan manunggal di alam
kehidupan sejati setelah mengalami mati. Disanalah ditemukan kesejatian Diri
yang tidak parsial. Dirinya yang utuh, sempurna, dengan segala kehidupan yang
juga sempurna.
“Menduakan
kerja bukan watak saya! Siapa yang mau mati! Dalam alam kematian orang kaya
akan dosa! Balik jika saya hidup yang tak kenal ajal, akan langgeng hidup
saya,tidak perlu ini itu.
Akan tetapi bila
saya disuruh milih hidup atau mati saya tidak sudi, Sekalipun saya hidup, biar
saya sendiri yang menentukan ! Tidak usah Wali sanga memulangkan saya ke
alam kehidupan ! Macam bukan wali utama saya ini, mau hidup saja minta tolong
pada sesamanya.
Nah marilah
kamu saksikan! Saya akan pulang sendiri ke alam
kehidupan sejati.Karena kematian hanya sebagai pintu bagi kesempurnaan
hidup yang sesungguhnya,maka sebenarnya kematian juga menjadi bagian
tidak terpisahkan dari keberadaan manusia sebagai pribadi.
Oleh karena
itu, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan bukan sesuatu yang bisa
dipilih orang lain. Kematian adalah hal yang muncul dengan kehendak Pribadi,
menyertai keinginan pribadi yang sudah berada dalam kondisi manunggal. Oleh
karena itu, dalam sistem teologi Syekh Siti Jenar, sebenarnya tidak ada
istilah “dimatikan” atau “dipulangkan”, baik oleh Allah atau oleh siapapun.
Sebab dalam
hal mati ini, sebenarnya tidak ada unsur tekan-menekan atau paksaan. Pintu
kematian adalah sesuatu hal yang harus dijalani secara sukarela, ikhlas, dan
harus di selami pengetahuannya, agar ia mengetahui kapan saatnya ia
menghendaki kematiannya itu.
Barulah jika
seseorang memang tidak pernah mempersiapkan diri, dan tidak pernah mau
mempelajari ilmu kematian, tanpa tau arahnya ke mana, dan tidak mengerti apa
yang sedang dialami. “Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya mati.
Kenikmatan
ini dijumpai dalam mati,mati yang sempurna teramat oleklah dia. Manusia
sejati-sejatinya yang sudah meraih puncak ilmu. Tiada dia mati,
hidup selamanya.
Menyebutkan
mati syirik, lantaran tak tersentuh lahat, hanya beralih tempatlah dia
dengan memboyong kratonnya. Kenikmatan mati tak dapat dihitung…”
“…Tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan kecemasan,menyusahkan dalam
patinya, justru bagi ilmu orang remeh…
ungkapan
mistik itu keluar dari ucapan darah Syekh Siti Jenar, setelah dipenggal
kepalanya oleh Dewan Walisanga. Darah yang menyembur, jatuh ke tanah
melukis kaligrafi la ilaaha illallah, dan mengeluarkan ucapan-ucapan mistik
tersebut.
Para wali dan
masyarakat yang menyaksikannya terkejut campur bingung. Setelah
beberapa saat, dari lisan kepala yang sudah dipenggal, keluar ucapan yang
memerintahkan agar darah kembali ke jasadnya, demikian pula kepala menyatu
dengan tubuh. Jelas bahwa kematian fisik tak mampu menyentuh Syekh Siti Jenar.
Mati ada
dalam hidup, hidup ada dalam mati.hidup selamanya tidak mati, kembali ke
tujuan,langgeng selamanya. Setelah berpamitan dan mengucapkan salam kepada
semua yang menyaksikan, Syekh Siti Jenar dengan diliputi oleh semerbak bau
harum terbungkus cahaya gemerlapan yang menyorot ke atas, kemudian lenyap
terserap ke dalam al-Ghaib,Dia Yang Sudah Dimuliakan.
Iringan
cahaya bersinar cemerlang, berkilau gemilang, berkobar menyala,
menyuramkan sinar sang mentari, menyilaukan pandang semua orang yang
menyaksikan.
Adapun
pelaksanaan hukuman atas dirinya, oleh Syekh Siti Jenar sengaja dibiarkan
terlaksana, guna memenuhi hukum duniawi, sekaligus sebagai monumen
kebenaran ajarannya. Tanpa bukti yang dinampak kan secara dzahir, maka
kebenaran ajaran Manunggaling Kawula-Gusti tidak akan pernah terwujud.
Sebab
pembuktian itu – sebagaimana sudah terjadi pada Mansur al-Hallaj,
al-Syuhrawardi dan ‘Aynul Quddat al-Hamadani sebagai pendahulunya – memang
menuntut jasad sang Guru sebagai martir atau syahid bagi kesufiannya.
Dengan
kemartirannya dan kesediannya sebagai syuhada’ bagi sufisme di Tanah Jawa
itulah ia disebut sebagai Syekh Jatimurni, Guru Pemilik Inti Kesejatian
atau Pusar Ilmu Kasampurnan.
|
Nur Muhammad Mengunjungi
empat Anasir Alam Yang Nyata
Selepas Allah s.w.t menjadikan Rohani maka Allahpun jadikan empat sumber alam yang nyata yang terdiri dari Tanah Nurani, Air Nurani, Angin Nurani dan Api Nurul 'Adhom, anasir ini seperti yang di nyatakan pada mengenal diri yang ke 72, selepas saja anasir yang empat ini di cipta oleh Allah maka Allah perintahkan kepada Nur Muhammad (Hakikatul Muhammadiyah) pergi melawat ke empat-empat anasir tersebut (ketika ini tiada satu alam nyatapun yang ujud) Ada juga pandangan yang menyatakan bahawa ketika ini manusia jasmani belum lagi di jadikan Allah seperti yang di nyatakan dalam quran Al Insan ayat 1 kemudian di sambung pada ayat Al Baqarah 29 dan pandangan quran Fi Zilalil Quran terjemahan syed Qutub
Kunjungan Nur Muhammad
Kunjungan Nur Muhammad (Jangan kaitkan dengan Muhammad saw) pada peringkat ini, kunjungan pertama kepada anasir angin nurani dan salam di beri, lalu salam di sambut, ketika ini angin nurani memperlihatkan sikap dan sifatnya kepada Nur Muhammad, dia menjangkakan tiupannya yang kecang serta egonya dapat mempersonakan Nur Muhammad, lalu Nur Muhammad berkata " Adakah engkau menyedari akan kelemahanmu ? Jawab angin nurani "Engkau lihat aku kuat, aku hebat dan aku akan di tempatkan di langit dan juga bumi" Jawab Nur Muhammad " Adakah engkau menyedari bahawa engkau akan di pergunakan oleh manusia, jawab angin " jika demikian engkau rupanya lebih baik daripada aku, jawab Nur Muhammad "Aku adalah makhluk Allah yang di jadikan sama seperti kamu hanya Allah sahaja yang terlepas dari serba kekurangan
Selepas Nur Muhammad mengunjungi angin maka dia pergi pula mengunjungi Api Nurul Adhom yang pada ketika ini sedang memperlihatkan sikap dan sifatnya, lalu Nur Muhammad memberikan salam kepadanya lalu Api menyahut salamnya, kemudian dia terus memperlihat sikapnya yang di anggap kuat dan hebat apabila aku di sentuh atau menyentuh nescaya musnahlah sesuatu itu, lalu Nur Muhammad berkata " Adakah engkau menyedari bahawa satu hari nanti manusia akan mempergunakan kamu ? Jawab Api jika demikian engkau lebih baik daripada aku, jawab Nur Muhammad aku adalah hamba yang Tuhan jadikan sama seperti kamu juga, hanya Tuhan saja yang tiada cacat celanya
Selepas mengunjungi Api maka Nur Muhammad pun pergi mengunjungi Air, ketika ini Air sedang memperlihatkan sikap dan sifatnya, lalu Nur Muhammad memberikan salam kepadanya, lalu salam itu di sambut, Air berkata tidakkah engkau melihat kehebatanku ? Aku ganas, aku kuat, Aku pemusnah, tiada siapapun yang menandingi aku, lalu Nur Muhammad berkata " Tidakkah engkau tahu satu hari nanti kamu akan di pergunakan dan di perintah oleh manusia ? Jawab Air " Jika demikian kamu lebih baik daripada aku "jawab Nur Muhammad "Aku adalah hamba Tuhan sama seperti kamu hanya Allah saja yang tiada cacat celanya
Akhirnya Nur Muhammad pergi pula berjumpa dengan Tanah Nurani lalu memberikan salam kepadanya, salam itu di sambut oleh Tanah dengan baiknya, ketika ini tanah sedang memperlihatkan sikap dan sifatnya yang tenang, dia tidak bongkak, sombong, ego, malah dia sentiasa merendahkan dirinya, lalu Nur Muhammad memperkenalkan dirinya yang di perintah Allah untuk mengunjungi Angin, Api, Air dan dia sendiri lalu Nur Muhammad berkata " Engkau sesungguhnya akan menjadi kekasih kepada Allah (Muthmainnah) Jawab Tanah "Engkau rupanya lebih baik daripada Aku, lalu jawab Nur Muhammad " Sesungguhnya aku sama seperti kamu iaitu hamba kepada Tuhan yang menjadikan aku, hanya Tuhan yang tiada cacat dan celanya
Selepas Nur Muhammad mengunjungi le empat-empat anasir tersebut maka Nur Muhammadpun melaporkan kepada Allah hasil selidiknya, lalu Allah berfirman : Sesungguhnya Aku telah memakluminya dari ilmuKu sesungguhnya Aku akan menjadikan manusia (jasmani) dari Empat anasir tersebut kerana Aku tidak mahu bersikap tidak adil terhadap empat anasir yang Aku jadikan serentak (KUN) itu, sejarah anasir ini di padankan dengan firman Allah dalam surah al anbiya ayat 30 dan 32 dan surah al fussilat ayat 9 hingga 12 serta surah qaf ayat 38
Demikianlah rengkasan cerita asal usul alam yang nyata yang Allah jadikan dari empat anasir tersebut yang mempunyai berbagai ragam makhluknya untuk renungan kita bersama dan melihat perangai setip daripada kita dan alam yang lain
Selepas Allah s.w.t menjadikan Rohani maka Allahpun jadikan empat sumber alam yang nyata yang terdiri dari Tanah Nurani, Air Nurani, Angin Nurani dan Api Nurul 'Adhom, anasir ini seperti yang di nyatakan pada mengenal diri yang ke 72, selepas saja anasir yang empat ini di cipta oleh Allah maka Allah perintahkan kepada Nur Muhammad (Hakikatul Muhammadiyah) pergi melawat ke empat-empat anasir tersebut (ketika ini tiada satu alam nyatapun yang ujud) Ada juga pandangan yang menyatakan bahawa ketika ini manusia jasmani belum lagi di jadikan Allah seperti yang di nyatakan dalam quran Al Insan ayat 1 kemudian di sambung pada ayat Al Baqarah 29 dan pandangan quran Fi Zilalil Quran terjemahan syed Qutub
Kunjungan Nur Muhammad
Kunjungan Nur Muhammad (Jangan kaitkan dengan Muhammad saw) pada peringkat ini, kunjungan pertama kepada anasir angin nurani dan salam di beri, lalu salam di sambut, ketika ini angin nurani memperlihatkan sikap dan sifatnya kepada Nur Muhammad, dia menjangkakan tiupannya yang kecang serta egonya dapat mempersonakan Nur Muhammad, lalu Nur Muhammad berkata " Adakah engkau menyedari akan kelemahanmu ? Jawab angin nurani "Engkau lihat aku kuat, aku hebat dan aku akan di tempatkan di langit dan juga bumi" Jawab Nur Muhammad " Adakah engkau menyedari bahawa engkau akan di pergunakan oleh manusia, jawab angin " jika demikian engkau rupanya lebih baik daripada aku, jawab Nur Muhammad "Aku adalah makhluk Allah yang di jadikan sama seperti kamu hanya Allah sahaja yang terlepas dari serba kekurangan
Selepas Nur Muhammad mengunjungi angin maka dia pergi pula mengunjungi Api Nurul Adhom yang pada ketika ini sedang memperlihatkan sikap dan sifatnya, lalu Nur Muhammad memberikan salam kepadanya lalu Api menyahut salamnya, kemudian dia terus memperlihat sikapnya yang di anggap kuat dan hebat apabila aku di sentuh atau menyentuh nescaya musnahlah sesuatu itu, lalu Nur Muhammad berkata " Adakah engkau menyedari bahawa satu hari nanti manusia akan mempergunakan kamu ? Jawab Api jika demikian engkau lebih baik daripada aku, jawab Nur Muhammad aku adalah hamba yang Tuhan jadikan sama seperti kamu juga, hanya Tuhan saja yang tiada cacat celanya
Selepas mengunjungi Api maka Nur Muhammad pun pergi mengunjungi Air, ketika ini Air sedang memperlihatkan sikap dan sifatnya, lalu Nur Muhammad memberikan salam kepadanya, lalu salam itu di sambut, Air berkata tidakkah engkau melihat kehebatanku ? Aku ganas, aku kuat, Aku pemusnah, tiada siapapun yang menandingi aku, lalu Nur Muhammad berkata " Tidakkah engkau tahu satu hari nanti kamu akan di pergunakan dan di perintah oleh manusia ? Jawab Air " Jika demikian kamu lebih baik daripada aku "jawab Nur Muhammad "Aku adalah hamba Tuhan sama seperti kamu hanya Allah saja yang tiada cacat celanya
Akhirnya Nur Muhammad pergi pula berjumpa dengan Tanah Nurani lalu memberikan salam kepadanya, salam itu di sambut oleh Tanah dengan baiknya, ketika ini tanah sedang memperlihatkan sikap dan sifatnya yang tenang, dia tidak bongkak, sombong, ego, malah dia sentiasa merendahkan dirinya, lalu Nur Muhammad memperkenalkan dirinya yang di perintah Allah untuk mengunjungi Angin, Api, Air dan dia sendiri lalu Nur Muhammad berkata " Engkau sesungguhnya akan menjadi kekasih kepada Allah (Muthmainnah) Jawab Tanah "Engkau rupanya lebih baik daripada Aku, lalu jawab Nur Muhammad " Sesungguhnya aku sama seperti kamu iaitu hamba kepada Tuhan yang menjadikan aku, hanya Tuhan yang tiada cacat dan celanya
Selepas Nur Muhammad mengunjungi le empat-empat anasir tersebut maka Nur Muhammadpun melaporkan kepada Allah hasil selidiknya, lalu Allah berfirman : Sesungguhnya Aku telah memakluminya dari ilmuKu sesungguhnya Aku akan menjadikan manusia (jasmani) dari Empat anasir tersebut kerana Aku tidak mahu bersikap tidak adil terhadap empat anasir yang Aku jadikan serentak (KUN) itu, sejarah anasir ini di padankan dengan firman Allah dalam surah al anbiya ayat 30 dan 32 dan surah al fussilat ayat 9 hingga 12 serta surah qaf ayat 38
Demikianlah rengkasan cerita asal usul alam yang nyata yang Allah jadikan dari empat anasir tersebut yang mempunyai berbagai ragam makhluknya untuk renungan kita bersama dan melihat perangai setip daripada kita dan alam yang lain
Asal tanah daripada air, asal air daripada angin dan asal angin daripada
api, ke empat-empat anasir ini berasal daripada Nur, tanah yang di sebut oleh
Allah asal kejadian manusia (jasad) yang berbagai perangai dan sikap adalah
asas ujudnya air, angin dan api sebagai pengimbang ketahanan diri jasmani
apabila Rohani di tempatkan padanya
Di dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh Tarmizi menyebut begini:
Maksudnya:
Sesungguhnya Allah "Azza Wajalla telah menciptakan Adam dari segenggam tanah dari unsur semua zat tanah, maka telah terbentuk keturunan Adam menurut sifat unsur itu, di antaranya berkulit merah,hiam,sawo matang ada yang berkulit halus dan kasar dan ada yang baik dan ada yang jahat
Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud serta sahabat yang lain menyatakan Allah telah memerintahkan kepada Malaikat Jibrail turun ke bumi untuk mengambil tanah pilihan, sesampainya ke bumi tanah tidak mengizinkan ia di ambil kerana menganggap ia suatu perbuatan membuat kerosakan lalu ia berkata "'Auzubillahi minka" jangan engkau merosakan aku, lalu Jibrail naik berjumpa Tuhan dan berkata " Ya Tuhanku tanah tidak membenarkan dan ia berlindung atas namaMu dan tanah takut Adam akan membuat kerosakan, lalu Allah memerintahkan malaikat Mikail turun kebumi untuk mengambil tanah, sampai ke bumi masalah yang sama berlaku yang mana tanah berkata A'uzubillahi minka, kemudian Allah perintahkan kepada malaikat Israfil pula turun ke bumi juga masalah yang sama berlaku yang mana tanah tidak mengizinkan ia di ambil, akhirnya Allah utuskan pula malaikat 'Izroail pula turun ke bumi untuk mengambil tanah pilihan, tanah tetap juga dengan pendiriannya namun malaikat 'Izroil berkata pada bumi sama ada kamu bagi atau tidak aku tetap juga akan mengambilnya kerana ini adalah perintah daripada Allah, jika engkau engkar maka derhakalah engkau kepada Allah
Tanah tiada pilihan lain melainkan membenarkan malaikat 'Izroil mengambil tanah untuk mencipta manusia (Adam yang awal) yang menjadi keturunan manusia, maka sejak dari peristiwa tersebut maka bermulalah malaikat 'Izroil memegang amanah Tuhan untukmengambil nyawa segala makhluk Allah tanpa mengenal belas kasihan atas perintah Allah kepadanya kerana itulah nyawa setiap manusia tidak akan dapat di lambatkan atau di percepatkan walau dalam keadaan apa sekalipun
ROHANI BERKUASA TINGGI
Sifat dan sikap Rohani adalah berkuasa tinggi yang tiada tolak bandingnya kerana itu dia sentiasa beserta Allah dan menjadikannya menjalankan urusan Allah iaitu Ammar Rabbi, andainya kejadian manusia awal (jasad) itu di bentuk oleh Allah hanya dengan satu anasir sahaja maka sudah tentu anasir yang hanya satu itu akan musnah, kerana itulah ketahanan jasad manusia mesti di selaraskan dengan kuasa yang ada pada kuasa Rohani tersebut, bab ini perlu di bincangkan dengan para doktor dalam hal anatomi yang melibatkan istilah ilmu sain dan bab ini juga ada di dalam ilmu sifat 20 pada bab Iftiqar, ertinya ilmu sifat 20 bukan hanya untuk mengenal diri Rohani, jasmani dan Tuhan saja akan tetapi ia juga melibatkan ilmu kedoktoran bagi tamadun manusia
Di dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh Tarmizi menyebut begini:
Maksudnya:
Sesungguhnya Allah "Azza Wajalla telah menciptakan Adam dari segenggam tanah dari unsur semua zat tanah, maka telah terbentuk keturunan Adam menurut sifat unsur itu, di antaranya berkulit merah,hiam,sawo matang ada yang berkulit halus dan kasar dan ada yang baik dan ada yang jahat
Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud serta sahabat yang lain menyatakan Allah telah memerintahkan kepada Malaikat Jibrail turun ke bumi untuk mengambil tanah pilihan, sesampainya ke bumi tanah tidak mengizinkan ia di ambil kerana menganggap ia suatu perbuatan membuat kerosakan lalu ia berkata "'Auzubillahi minka" jangan engkau merosakan aku, lalu Jibrail naik berjumpa Tuhan dan berkata " Ya Tuhanku tanah tidak membenarkan dan ia berlindung atas namaMu dan tanah takut Adam akan membuat kerosakan, lalu Allah memerintahkan malaikat Mikail turun kebumi untuk mengambil tanah, sampai ke bumi masalah yang sama berlaku yang mana tanah berkata A'uzubillahi minka, kemudian Allah perintahkan kepada malaikat Israfil pula turun ke bumi juga masalah yang sama berlaku yang mana tanah tidak mengizinkan ia di ambil, akhirnya Allah utuskan pula malaikat 'Izroail pula turun ke bumi untuk mengambil tanah pilihan, tanah tetap juga dengan pendiriannya namun malaikat 'Izroil berkata pada bumi sama ada kamu bagi atau tidak aku tetap juga akan mengambilnya kerana ini adalah perintah daripada Allah, jika engkau engkar maka derhakalah engkau kepada Allah
Tanah tiada pilihan lain melainkan membenarkan malaikat 'Izroil mengambil tanah untuk mencipta manusia (Adam yang awal) yang menjadi keturunan manusia, maka sejak dari peristiwa tersebut maka bermulalah malaikat 'Izroil memegang amanah Tuhan untukmengambil nyawa segala makhluk Allah tanpa mengenal belas kasihan atas perintah Allah kepadanya kerana itulah nyawa setiap manusia tidak akan dapat di lambatkan atau di percepatkan walau dalam keadaan apa sekalipun
ROHANI BERKUASA TINGGI
Sifat dan sikap Rohani adalah berkuasa tinggi yang tiada tolak bandingnya kerana itu dia sentiasa beserta Allah dan menjadikannya menjalankan urusan Allah iaitu Ammar Rabbi, andainya kejadian manusia awal (jasad) itu di bentuk oleh Allah hanya dengan satu anasir sahaja maka sudah tentu anasir yang hanya satu itu akan musnah, kerana itulah ketahanan jasad manusia mesti di selaraskan dengan kuasa yang ada pada kuasa Rohani tersebut, bab ini perlu di bincangkan dengan para doktor dalam hal anatomi yang melibatkan istilah ilmu sain dan bab ini juga ada di dalam ilmu sifat 20 pada bab Iftiqar, ertinya ilmu sifat 20 bukan hanya untuk mengenal diri Rohani, jasmani dan Tuhan saja akan tetapi ia juga melibatkan ilmu kedoktoran bagi tamadun manusia
Sebelum
Allah s.w.t menjadikan Adam sebagai manusia yang pertama, terlebih dahulu Allah
s.w.t telah memaklumkan kepada para malaikat bahawa Dia akan menjadikan manusia
untuk menjadi pengganti makhluk yang terdahulu daripadanya (Khalifah)
Dalam sebuah firman Allah (Al Baqarah ayat 30) menyatakan yang bermaksud:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat "Sesungguhnya Aku akan menjadikan se orang khalifah di muka bumi"
Khalifah di sini bermaksud pengganti, iaitu manusia khalifah yang akan mengantikan bangsa Jin yang terlebih dahulu di tugaskan sebagai khalifah di planet bumi, Jin telah membuat kerosakan di bumi kerana anasirnya tidak sesuai dengan planet bumi, lalu Allah telah mengirim bala tentera dari malaikat yang di ketuai oleh Azazil yang pada ketika itu masih patuh dengan perintah Allah, rujuk juga firman Allah Al An'am ayat 165
Rujuk juga pandangan Ibnu Abbas r.a dalam tafsir quran Ibnu Katsir
Seterusnya saya ceritakan mengikut soal dan jawab untuk kemudahan semua pihak
Soalan:
Apakah reaksi malaikat apabila Tuhan hendak jadikan khalifah ?
Jawapan:
Reaksi pertama malaikat tidak bersetuju kerana dia tidak mengetahui sebab dia tidak tahu manusia khalifah itu makhluk jenis apa dan adakah nanti manusia khalifah ini sama perangainya dengan jin yang telah di peranginya yang di ketuai oleh Azazil
Soalan:
Mengapa malaikat bimbang tentang manusia khalifah ?
Jawapan:
Kerana sangkaan malaikat nanti manusia akan membuat kerosakan dan bertumpah darah, walaupun manusia khalifah belum terbukti melakukan sebarang kerosakan dan bertumpah darah
Soalan:
Kemudian apa jawapan Allah ?
Jawapan:
Jawapan Allah sesungguhnya Aku lebih mengetahui dari apa yang kamu tidak mengetahuinya
Soalan:
Mengapa Tuhan mengatakan malaikat tidak mengetahi rahsia manusia khalifah ?
Jawapan:
Kerana malaikat hanya di beritahu tentang ilmu bidang tugasnya sahaja, ini bermaksud pengetahuan malaikat adalah terhad tentang rahsia Tuhan jadikan manusia
Soalan:
Apakah akhirnya malaikat bersetuju tentang penciptan Adam ?
Jawapan:
Malaikat akhirnya tidak membantah kerana terbukti Adam telah menerangkan segala benda di syurga (taman) sedangkan malaikat tidak mengetahuinya
Soalan:
Setelah Tuhan mengatakan malaikat tidak mengetahui dari apa yang di rancangkan oleh Nya, Apakah terjadi selepas itu ?
Jawapan:
Selepas itu Allahpun pergi mengunjungi Rohani di alam Roh untuk di ambil kesaksiannya seperti firman Allah dalam surah Al A'araf 172
Soalan:
Kemudian Apakah yang terjadi selepas itu ?
Jawapan:
Selepas Rohani di ambil kesaksian maka Allah perintahkan empat malaikat mengambil Zat tanah dari bumi
Soalan:
Mengapa Allah tugaskan malaikat mengambil Zat tanah daripada bumi ?
Jawapan:
Kerana rahsia tanah bumi sesuai untuk menempatkan Adam menjadi manusia khalifah di planet bumi dan penciptaan bagi persediaan menjadikan Adam ini bukan hanya tanah bumi sahaja bahkan tanah syurga juga sebab manusia bakal akan mendiami di syurga juga
Soalan:
Di manakah manusia khalifah akan di ciptakan oleh Tuhan ?
Jawapan:
Manusia pertama di jadikan oleh Tuhan di jannatul khuldi, bukan di bumi, syurga ataupun jannah adalah juga di kenali sebagai tempat balasan anak cucu Adam yang soleh dan soleha
Soalan:
Adakah semasa Tuhan memaklumkan pada malaikat Rohani telah di cipta ?
Jawapan:
Benar ! Rohani telah di cipta oleh Allah lebih awal daripadanya cuma belum lagi dapat bertugas sebagai manusia khalifah sebab lembaga Adam (jasmai) belum lagi di jadikan Tuhan
Soalan:
Mengapakah Rohani belum boleh bertugas sebagai hamba sehingga manusia pertama di cipta ?
Jawapan:
Rohani tidak boleh bertugas kepada Tuhan tanpa jasmani sebab jasmanilah akan menjadi saksi atas perbuatan Rohani itu dan Rohanilah sebenarnya diri manusia tersebut lihat al qiyamah 14
Dalam sebuah firman Allah (Al Baqarah ayat 30) menyatakan yang bermaksud:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat "Sesungguhnya Aku akan menjadikan se orang khalifah di muka bumi"
Khalifah di sini bermaksud pengganti, iaitu manusia khalifah yang akan mengantikan bangsa Jin yang terlebih dahulu di tugaskan sebagai khalifah di planet bumi, Jin telah membuat kerosakan di bumi kerana anasirnya tidak sesuai dengan planet bumi, lalu Allah telah mengirim bala tentera dari malaikat yang di ketuai oleh Azazil yang pada ketika itu masih patuh dengan perintah Allah, rujuk juga firman Allah Al An'am ayat 165
Rujuk juga pandangan Ibnu Abbas r.a dalam tafsir quran Ibnu Katsir
Seterusnya saya ceritakan mengikut soal dan jawab untuk kemudahan semua pihak
Soalan:
Apakah reaksi malaikat apabila Tuhan hendak jadikan khalifah ?
Jawapan:
Reaksi pertama malaikat tidak bersetuju kerana dia tidak mengetahui sebab dia tidak tahu manusia khalifah itu makhluk jenis apa dan adakah nanti manusia khalifah ini sama perangainya dengan jin yang telah di peranginya yang di ketuai oleh Azazil
Soalan:
Mengapa malaikat bimbang tentang manusia khalifah ?
Jawapan:
Kerana sangkaan malaikat nanti manusia akan membuat kerosakan dan bertumpah darah, walaupun manusia khalifah belum terbukti melakukan sebarang kerosakan dan bertumpah darah
Soalan:
Kemudian apa jawapan Allah ?
Jawapan:
Jawapan Allah sesungguhnya Aku lebih mengetahui dari apa yang kamu tidak mengetahuinya
Soalan:
Mengapa Tuhan mengatakan malaikat tidak mengetahi rahsia manusia khalifah ?
Jawapan:
Kerana malaikat hanya di beritahu tentang ilmu bidang tugasnya sahaja, ini bermaksud pengetahuan malaikat adalah terhad tentang rahsia Tuhan jadikan manusia
Soalan:
Apakah akhirnya malaikat bersetuju tentang penciptan Adam ?
Jawapan:
Malaikat akhirnya tidak membantah kerana terbukti Adam telah menerangkan segala benda di syurga (taman) sedangkan malaikat tidak mengetahuinya
Soalan:
Setelah Tuhan mengatakan malaikat tidak mengetahui dari apa yang di rancangkan oleh Nya, Apakah terjadi selepas itu ?
Jawapan:
Selepas itu Allahpun pergi mengunjungi Rohani di alam Roh untuk di ambil kesaksiannya seperti firman Allah dalam surah Al A'araf 172
Soalan:
Kemudian Apakah yang terjadi selepas itu ?
Jawapan:
Selepas Rohani di ambil kesaksian maka Allah perintahkan empat malaikat mengambil Zat tanah dari bumi
Soalan:
Mengapa Allah tugaskan malaikat mengambil Zat tanah daripada bumi ?
Jawapan:
Kerana rahsia tanah bumi sesuai untuk menempatkan Adam menjadi manusia khalifah di planet bumi dan penciptaan bagi persediaan menjadikan Adam ini bukan hanya tanah bumi sahaja bahkan tanah syurga juga sebab manusia bakal akan mendiami di syurga juga
Soalan:
Di manakah manusia khalifah akan di ciptakan oleh Tuhan ?
Jawapan:
Manusia pertama di jadikan oleh Tuhan di jannatul khuldi, bukan di bumi, syurga ataupun jannah adalah juga di kenali sebagai tempat balasan anak cucu Adam yang soleh dan soleha
Soalan:
Adakah semasa Tuhan memaklumkan pada malaikat Rohani telah di cipta ?
Jawapan:
Benar ! Rohani telah di cipta oleh Allah lebih awal daripadanya cuma belum lagi dapat bertugas sebagai manusia khalifah sebab lembaga Adam (jasmai) belum lagi di jadikan Tuhan
Soalan:
Mengapakah Rohani belum boleh bertugas sebagai hamba sehingga manusia pertama di cipta ?
Jawapan:
Rohani tidak boleh bertugas kepada Tuhan tanpa jasmani sebab jasmanilah akan menjadi saksi atas perbuatan Rohani itu dan Rohanilah sebenarnya diri manusia tersebut lihat al qiyamah 14
|
Sesungguhnya
Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid adalah termasuk para ulama
‘amilin (yang mengamalkan ilmunya), yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menetapkan kecintaan kepadanya di hati kaum muslimin, di timur dan barat dunia
ini. Kitab-kitabnya banyak menyebar di antara para penuntut ilmu. Berbagai
kajian dan rekamannya telah sampai ke penjuru dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah membukakan hati manusia untuknya pada setiap tempat. Itulah –kira-kira-
yang menjadikan iri dan hasad sebagian penuntut ilmu kepadanya. Kami di majalah
Qiblati, telah menerbitkan sebagian makalah Syaikh al-Munajjid, kemudian kami
menghentikannya setelah sebagian penuntut ilmu merasa gelisah terhadap hal ini
tanpa alasan kebenaran yang nyata, atau hanya sekedar ikut-ikutan atau
kefanatikan mereka terhadap guru-guru mereka yang telah diliputi oleh
kecurigaan, dan buruk sangka terhadap Syaikh al-Munajjid, atau juga mungkin
karena hasad dan kedengkian terhadap Syaikh al-Munajjid, wallahu a’lam. Karena itulah kami menghentikan
penerbitan makalah-makalah beliau demi persaudaraan dan pendekatan hati, juga
karena ingin menjauh dari sebab-sebab fitnah. Akan tetapi, tatkala kibarul
ulama (ulama-ulama besar) tidak membid’ahkan beliau, tidak juga menghajr
beliau, maka kami, di majalah Qiblati memutuskan untuk kembali menyebarkan
makalah-makalah Syaikh al-Munajjid, agar kami tidak menzhalimi Syaikh, dan
tidak terhalang dari ilmu beliau, sebagaimana ilmu para masyayikh yang lain.
Tidaklah kami melakukan yang demikian kecuali sebagai bentuk obyektifitas kami
terhadap kebenaran dan nasihat kami kepada saudara-saudara kami; hamba-hamba
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yunus bin ‘Abdul A’la meriwayatkan, ‘Aku mendengar Ibnu Wahab berkata, ‘Aku mendengar Malik bin Anas Rahimahullah berkata, “Tidak ada di zaman kita ini sesuatu yang lebih sedikit daripada sikap inshaf (obyektif, adil).”
Abu Umar Ibn Abdil Barr berkata, “Termasuk keberkahan ilmu dan adabnya adalah sikap obyektif terhadapnya. Barangsiapa tidak obyektif, maka dia tidak akan paham, dan tidak bisa memahamkan.” (Jami’u Bayanil Ilm Wa Fadhlihi, Pasal Obyektif dalam Ilmu) Biografi Syaikh:
Syaikh al-Munajjid dilahirkan pada tahun 1380 H.
Beliau menamatkan belajar di tingkat ibtidaiyyah (SD), mutawashshithah (SMP), dan tsanawiyah (SMA) di Riyadh.
Kemudian pindah ke kota Zhahran di Saudi, dan menyelesaikan S1 di Fak. Teknik Minyak dan Penambangan. Guru-guru beliau:
Beliau menghadiri majelis-majelis Syaikh bin Baz Rahimahullah, Syaikh ibn ‘Utsaimin Rahimahullah, dan Syaikh Ibn Jibrin Rahimahullah. Dan orang yang paling banyak beliau ambil manfaatnya melebihi ketiga masyayikh di atas –dengan membaca di hadapan mereka– adalah Syaikh Dr. ‘Abdurrahman ibn Nashir al-Barrak (Syaikh al-Barrak lahir di al-Bukairiyyah- alQassim, 1352 H, yang mengambil ilmu dari Syaikh Ibn Baz Rahimahullah lebih dari 50 tahun, dari tahun 1369 hingga wafatnya syaikh tahun 1420 H. Setelah wafatnya syaikh Ibn Baz, beliau diminta menjadi anggota Lajnah Ifta(komisi Fatwa) namun beliau menolak karena ingin mengabdikan diri di Masjidnya).
Kemudian beliau mendapatkan tashhih bacaan al-Qur`an dari Syaikh Sa’id Alu ‘Abdillah.
Di antara para masyayikh yang beliau banyak ambil manfaat dan bermulazamah dengannya adalah Syaikh Shalih al-Fauzan, Syaikh ‘Abdullah al-Ghunaiman, dan Syaikh Muhammad as-Syinqithiy. Kisah Beliau dengan Syaikh bin Baz Rahimahullah:
Syaikh bin Baz Rahimahullah memilih syaikh untuk menjadi imam, khatib dan mufti dalam sebuah kisah indah yang Syaikh al-Munajjid meriwayatkan rincian kisah tersebut dalam sebuah rekaman kajian dengan tema La tazaalu Kalimaatuhu Fi Udzunayya (Kata-kata beliau masih terngiang-ngiang di kedua telingaku)
Syaikh berkata: “Aku mempunyai seorang Syaikh, yang aku belajar di sisi beliau. Pada suatu hari, aku ingin berangkat untuk belajar di Perguruan tinggi, lalu aku berkata kepada beliau, ‘Berikanlah wasiat kepadaku!”
Beliau menjawab, “Aku wasiatkan kamu terhadap Kitabullah, bacaannya, perenungannya, penafsirannya, dan penghafalannya.”
Kemudian Syaikh melanjutkan kisahnya, dengan berkata, “Sesungguhnya aku mendapati bahwa menyibukkan diri dengan Kitabullah lebih wajib dari apa yang ada. Dan sesungguhnya manusia itu kadang meyesali beberapa macam dari bidang ilmu, kecuali menyibukkan diri dengan tafsir Kitabullah, syarah hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , ilmu bahasa Arab, dan ushul fiqh. Aku tidak menemukan sesuatu yang lebih lezat, lebih membuatku berhasyrat, dan lebih baik dari semua itu, maka aku pun tidak butuh sesuatu pun setelahnya.”
Yunus bin ‘Abdul A’la meriwayatkan, ‘Aku mendengar Ibnu Wahab berkata, ‘Aku mendengar Malik bin Anas Rahimahullah berkata, “Tidak ada di zaman kita ini sesuatu yang lebih sedikit daripada sikap inshaf (obyektif, adil).”
Abu Umar Ibn Abdil Barr berkata, “Termasuk keberkahan ilmu dan adabnya adalah sikap obyektif terhadapnya. Barangsiapa tidak obyektif, maka dia tidak akan paham, dan tidak bisa memahamkan.” (Jami’u Bayanil Ilm Wa Fadhlihi, Pasal Obyektif dalam Ilmu) Biografi Syaikh:
Syaikh al-Munajjid dilahirkan pada tahun 1380 H.
Beliau menamatkan belajar di tingkat ibtidaiyyah (SD), mutawashshithah (SMP), dan tsanawiyah (SMA) di Riyadh.
Kemudian pindah ke kota Zhahran di Saudi, dan menyelesaikan S1 di Fak. Teknik Minyak dan Penambangan. Guru-guru beliau:
Beliau menghadiri majelis-majelis Syaikh bin Baz Rahimahullah, Syaikh ibn ‘Utsaimin Rahimahullah, dan Syaikh Ibn Jibrin Rahimahullah. Dan orang yang paling banyak beliau ambil manfaatnya melebihi ketiga masyayikh di atas –dengan membaca di hadapan mereka– adalah Syaikh Dr. ‘Abdurrahman ibn Nashir al-Barrak (Syaikh al-Barrak lahir di al-Bukairiyyah- alQassim, 1352 H, yang mengambil ilmu dari Syaikh Ibn Baz Rahimahullah lebih dari 50 tahun, dari tahun 1369 hingga wafatnya syaikh tahun 1420 H. Setelah wafatnya syaikh Ibn Baz, beliau diminta menjadi anggota Lajnah Ifta(komisi Fatwa) namun beliau menolak karena ingin mengabdikan diri di Masjidnya).
Kemudian beliau mendapatkan tashhih bacaan al-Qur`an dari Syaikh Sa’id Alu ‘Abdillah.
Di antara para masyayikh yang beliau banyak ambil manfaat dan bermulazamah dengannya adalah Syaikh Shalih al-Fauzan, Syaikh ‘Abdullah al-Ghunaiman, dan Syaikh Muhammad as-Syinqithiy. Kisah Beliau dengan Syaikh bin Baz Rahimahullah:
Syaikh bin Baz Rahimahullah memilih syaikh untuk menjadi imam, khatib dan mufti dalam sebuah kisah indah yang Syaikh al-Munajjid meriwayatkan rincian kisah tersebut dalam sebuah rekaman kajian dengan tema La tazaalu Kalimaatuhu Fi Udzunayya (Kata-kata beliau masih terngiang-ngiang di kedua telingaku)
Syaikh berkata: “Aku mempunyai seorang Syaikh, yang aku belajar di sisi beliau. Pada suatu hari, aku ingin berangkat untuk belajar di Perguruan tinggi, lalu aku berkata kepada beliau, ‘Berikanlah wasiat kepadaku!”
Beliau menjawab, “Aku wasiatkan kamu terhadap Kitabullah, bacaannya, perenungannya, penafsirannya, dan penghafalannya.”
Kemudian Syaikh melanjutkan kisahnya, dengan berkata, “Sesungguhnya aku mendapati bahwa menyibukkan diri dengan Kitabullah lebih wajib dari apa yang ada. Dan sesungguhnya manusia itu kadang meyesali beberapa macam dari bidang ilmu, kecuali menyibukkan diri dengan tafsir Kitabullah, syarah hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , ilmu bahasa Arab, dan ushul fiqh. Aku tidak menemukan sesuatu yang lebih lezat, lebih membuatku berhasyrat, dan lebih baik dari semua itu, maka aku pun tidak butuh sesuatu pun setelahnya.”
Setelah Syaikh al-Munajjid mengambil ilmu syar’i dari tangan para masyayikh yang telah disebutkan terdahulu, beliau mengkhususkan diri dalam bidang teknologi minyak dan pertambangan.
Setelah beliau selesai dari perkuliahannya, beliau berkata, “Saat aku lulus, dulu aku merencanakan bahwa langkah selanjutnya adalah bisa diterima bekerja pada suatu perusahaan dari berbagai perusahaan yang sesuai dengan keahlian yang telah aku pelajari. Akan tetapi terjadi suatu perkara aneh yang memalingkanku dari semua itu, dan mengembalikanku ke medan dakwah dan ilmu syar’i untuk kedua kalinya. Dan orang yang memalingkanku dari hal itu adalah guruku, yang aku belajar di sisi beliau selama lima belas tahun, beliau adalah Syaikh bin Baz Rahimahullah.
Selepas lulus sarjana, aku langsung mendatangi beliau. Dan aku sudah terbiasa hadir di sisi beliau pada libur perkuliahan dan mengambil ilmu dari beliau.
Pada saat aku datang kepada beliau, langsung selepas lulus, beliau berkata kepadaku, “Di mana engkau belajar?”
Kukatakan, “Universitas ini, dan ini.”
Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu pergi ke sana?” (Seakan-akan beliau masih terheran-heran dengan pilihanku)
Kukatakan, “Ini adalah taqdir Allah, aku diterima di Universitas ini, dan Universitas pertama yang menerima aku adalah Universitas tersebut.”
Kemudian Syaikh berkata, “Wahai Fulan!” Beliau memanggil juru tulis yang ada di sisi beliau, kemudian beliau berkata, “Tulis!”
Aku pun berkata dalam diriku, “Apa yang ingin ditulis oleh Syaikh?!”
Beliau Rahimahullah berkata, “Tulis:
Dari
‘Abdul ‘Aziz bin Baz,
Kepada
mudir (direktur) Kantor Riset ilmiah, Fatwa, Dakwah dan Penerangan di Wilayah Timur, Fulan al-Fulaniy:
Syaikh
Muhammad al-Munajjid akan bekerja sama bersama kalian dalam pemberian kuliah,
dan kajian di wilayah (kalian).”
Aku berkata
(berkilah), “Aku belum pernah menyampaikan satu kajian pun sepanjang hidupku,
walau sesaat.”
Ternyata Syaikh bin Baz tidak menghiraukan alasanku, kemudian menyuruh juru tulis untuk menulis surat kedua, “Tulis:
Ternyata Syaikh bin Baz tidak menghiraukan alasanku, kemudian menyuruh juru tulis untuk menulis surat kedua, “Tulis:
Dari
Abdul Aziz bin Baz,
Kepada
mudir Kantor Waqaf dan Masjid –Cabang kementerian di wilayah
timur- agar mengutus Syaikh al-Munajjid ke masjid yang sesuai untuk menjadi
imam dan berkhutbah.”
Syaikh
al-Munajjid tersenyum, memberikan komentar dan keheranan, “Khutbah…?! Bagaimana…?!
Khutbah apa…?! Tadinya aku mau pergi ke perusahaan… kok malah akan ada kajian
dan khutbah…?!”
Syaikh bin Baz Rahimahullah pun tidak menghiraukan komentarku, kemudian memerintahkan juru tulis untuk menulis surat ketiga, “Tulis:
Syaikh bin Baz Rahimahullah pun tidak menghiraukan komentarku, kemudian memerintahkan juru tulis untuk menulis surat ketiga, “Tulis:
Kepada
mudir Universitas, agar Syaikh al-Munajjid mengajarkan ilmu syar’i di dalamnya.
Maka
kukatakan, “Ini sangat sulit, karena aku tidak mengemban ijazah syari’ah!
Bagaimana ini?!”
Maka berkatalah syaikh bin Baz Rahimahullah:, “Ambillah surat-surat ini, kemudian mintalah pertolongan kepada Allah, dan wajib atas kamu untuk ikhlash!” Kemudian beliau meninggalkan aku, dan pergi dengan mobil, dan membiarkanku di jalan bersama dengan rekomendasi-rekomendasi tersebut.
Aku pun terheran-heran, “Kajian-kajian… khutbah-khutbah… bagaimana hal itu akan terjadi? Dan di mana?!”
Kemudian aku pun mengambil rekomendasi-rekomendasi tersebut dan kukatakan, “Sudahlah… selagi Syaikh yang menyuruhku, maka ini mengharuskanku untuk taat.”
Maka pergilah aku ke Mudir Pusat Dakwah pada waktu itu, lalu aku serahkan kepadanya rekomendasi tersebut. Kemudian dia memerintah seseorang untuk membacakan rekomendasi tersebut kepadanya –dia adalah seorang buta-. Ternyata di dalamnya ‘penyampaian muhadharah dan kajian-kajian di masjid-masjid… di wilayah timur.
Lantas mudir itu bertanya, “Di mana Anda belajar?”
Kujawab, “Di Universitas ini.”
Dia berkata, “Lalu bagaimana Syaikh Ibn Baz menulis ini?!”
Lalu kukatakan kepadanya, “Aku membawa rekomendasi ini kepada Anda, sementara aku sendiri juga merasa terheran-heran seperti Anda.”
Lalu dia duduk berfikir, kemudian berbalik seraya bertanya, “Anda tidak punya ijazah syari’ah?” Kujawab, “Tidak punya.”
Karena Syaikh bin Baz adalah Ketua Umum Kantor Riset ilmiah, Fatwa, Dakwah dan Penerangan maka ucapannya harus dilaksanakan, dia adalah mudirnya. Lalu dia berkata, “Di mana Anda ingin menyampaikan muhadharah (ceramah) Anda?!”
Kujawab, “Demi Allah, aku tidak tahu.”
Dia pun berkata, “Aku akan menjadikanmu untuk meyampaikan muhadharah dan kajian-kajian di madrasah-madrasah dan kantor-kantor pemerintah.”
Kemudian dia berkata kepada sekretarisnya: “Berikan kepadaku jadwal madrasah dan perkantoran, kemudian letakkan nama (Syaikh al-Munajjid) pada jadwal muhadarah dan kajian-kajian tersebut.”
Aku pun mengambil rekomendasi, dan jadwal kajian, lalu keluar. Aku pun berpikir, “Apa ini..?!”
Lalu aku pergi ke Mudir Wakaf dan Masjid, kemudian kuberikan kepadanya rekomendasi Syaikh. Dia membuka rekomendasi tersebut, kemudian memerintahkan untuk menunjukku di salah satu masjid, dan aku terus di sana hingga hari ini.
Agar aku terbiasa (terlatih) berkhutbah, aku pergi ke masjid lain di pasar untuk berkhutbah di tengah-tengah mereka. Mayoritas mereka adalah orang-orang ‘ajam (non Arab), masjidnya paling banyak tiangnya, dan mimbarnya tertutup. Lalu aku pun menutup diriku dengan tembok sebelah yang ada di sisi kanan dan kiri mimbar. Dulu aku mengangkat kertas di tengah khutbah untuk menutupi wajahku dengannya.
Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan taufik untukku dengan karunia Allah kemudian berkat do’a Syaikh bin Baz dan perhatian beliau kepadaku. Demikianlah aku beralih dari bidang kuliahku secara total.
Setiap kali aku bertanya kepada diriku sendiri, “Siapakah penyebabnya, dan bagaimana bisa terjadi?” Maka aku pun menghadapkan do’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan rahmat-Nya kepada Syaikh bin Baz, serta mengangkat derajat dan kedudukan beliau serta mengampuni beliau, dan menjadikan beliau di atas banyak makhluk-Nya pada hari kiamat.”
Inilah dia Syaikh Muhammad al-Munajjid, dan inilah kehidupan beliau yang penuh dengan ilmu. Sesungguhnya aku yakin, bahwa banyak di antara manusia tidak mengetahui rincian indah yang itu merupakan rekomendasi terbesar yang diraih oleh seorang penuntut ilmu dari gurunya ini.
Kami mengingatkan bahwa Syaikh al-Munajjid –mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaganya- mendapatkan banyak pujian dari anggota Haiah Kibaril Ulama pada kajian-kajian mereka dan jawaban-jawaban mereka. Karena itu aku menantang siapa saja yang bisa mendatangkan catatan miring atas beliau –apalagi tahdziran- dari anggota Haiat Kibaril Ulama manapun, atau dari Lajnah Daimah, atau juga para imam Masjidil Haram.
Bahkan, sesungguhnya Syaikh Shalih Fauzan Rahimahullah telah memuji kitab Syaikh al-Munajjid yang baru, beliau berkata dalam pujiannya, ‘Aku telah membaca sebuah kitab bernilai dan penuh faidah milik Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid, sebuah kitab yang setiap penuntut ilmu membutuhkannya; yaitu kitab Bid’atu I’adati Fahmin Nashsh[1] (Bid’ah Menafsir ulang (rethinking) teks)[2]. Maka saya mendapatinya -walhamdulillah- sebagai sebuah kitab penuh faidah lagi bermanfaat; dimana kita membutuhkannya pada waktu ini yang orang-orang ruwaibidhah (orang kerdil tanpa ilmu sok punya ilmu); dan murid-murid Barat serta orang-orang kebatinan banyak berbicara tentang hukum-hukum syariat demi menghancurkan bangunan-bangunannya, dan menggantinya dengan pendapat-pendapat orang-orang sesat. Maka segala puji bagi Allah yang pada setiap waktu telah menjadikan seorang penolong bagi kebenaran, serta menjadikan pembantah dan pemberantas kebatilan. Sesungguhnya kitab ini, dengan sebenarnya, telah menutup satu celah besar yang dibuat oleh para penyamun itu yang berusaha untuk mencabik-cabik penjagaan syariat, dan berusaha untuk memarjinalkan para pelindung dan para pengemban Syariat…. Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas Syaikh Muhammad dengan sebaik-baik balasan atas apa yang telah dia tulis, dia jelaskan, dia tunjukkan dan dia komentari. Hingga dia jelaskan aib mereka, dan mengoyak topeng-topeng mereka. Mudah-mudahan Allah menjadikannya sebagai bagian dari para penolong agama-Nya, serta penjaga syari’at-Nya, serta menambahnya dengan ilmu dan amal. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarga dan para sahabat beliau.’
Mengambil ilmu dari seorang insinyur minyak dan tambang?
Sungguh mengherankan saat kita mendengar orang yang lancang, buruk adabnya terhadap seorang alim Syaikh Muhammad al-Munajjid, kemudian dia berkata dengan segenap kedengkian dan hasad: “Apakah kita akan mengambil agama kita dari seorang Insinyur?!” Thalabul ilmi kerdil lagi miskin ini tidak mengetahui bahwa dia tidak sampai pada tingkatan murid Syaikh yang paling rendah sekalipun! Dia tidak mengetahui biografi syaikh yang penuh dengan ilmu dan dakwah! Dia tidak mengetahui bahwa Insinyur hanyalah gelar ilmiah tambahan. Dia adalah satu profesi yang dengannya manusia mencari kehidupan sebagaimana para Nabi, para sahabat, dan ulama Salaf.
Nabi Nuh ‘Alaihi Sallam adalah tukang kayu, Nabi Idris ‘Alaihi Sallam adalah penjahit, Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallam adalah pedagang pakaian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dulu adalah seorang penggembala, Abu Bakar, Utsman, dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallahu ‘Anhu adalah para saudagar (pedagang), ‘Amr bin al-’Ash adalah seorang jagal hewan, az-Zubair bin al-’Awwam seorang penjahit. Banyak di antara para ulama salaf yang mencari nafkah dengan profesi-profesi dunia yang bermacam-macam. Di antara mereka –bukan untuk membatasi– adalah:
Al-Ajuri: nisbat kepada pekerjaan pembuatan bata dan penjualannya. Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Ajuri.
Al-Iskafi: nisbat kepada orang yang membuat sandal dan memperbaikinya (tukang sepatu dan sandal). Yang terkenal dengan profesi ini adalah Ahmad al-Iskafi.
Al-Baqillani: nisbat kepada penjual (bakul) kacang. Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Baqillani.
Al-Bazzaz; nisbat kepada penjualan pakaian. Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Bazzaz.
At-Tauhidiy: nisbat kepada penjualan tauhid (satu jenis korma), Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Hayyan at-Tahidiy.
Al-Jauziy; nisbat kepada kelapa dan penjualannya, lalu terkenal dengan profesi ini, Abu Ishaq al-Jauziy.
Di antara para ulama kontemporer, beliau adalah Syaikh Shalih Alus Syaikh, dulu beliau belajar di Fakultas Teknik selama 4 tahun, demikian pula Syaikh Musthafa al-’Adawiy dulu beliau adalah seorang Insinyur, juga Syaikh al-Faqih Muhammad Yasri Ibrahim, doktor bidang Teknik Kimia. Dan banyak lagi selain mereka yang berprofesi sebagai dokter dan profesi-profesi lain. Kita juga tidak melupakan bahwa Syaikh al-Albani Rahimahullah dulunya adalah tukang jam. Mereka semua dan selain mereka mengambil petunjuk dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Maka berkatalah syaikh bin Baz Rahimahullah:, “Ambillah surat-surat ini, kemudian mintalah pertolongan kepada Allah, dan wajib atas kamu untuk ikhlash!” Kemudian beliau meninggalkan aku, dan pergi dengan mobil, dan membiarkanku di jalan bersama dengan rekomendasi-rekomendasi tersebut.
Aku pun terheran-heran, “Kajian-kajian… khutbah-khutbah… bagaimana hal itu akan terjadi? Dan di mana?!”
Kemudian aku pun mengambil rekomendasi-rekomendasi tersebut dan kukatakan, “Sudahlah… selagi Syaikh yang menyuruhku, maka ini mengharuskanku untuk taat.”
Maka pergilah aku ke Mudir Pusat Dakwah pada waktu itu, lalu aku serahkan kepadanya rekomendasi tersebut. Kemudian dia memerintah seseorang untuk membacakan rekomendasi tersebut kepadanya –dia adalah seorang buta-. Ternyata di dalamnya ‘penyampaian muhadharah dan kajian-kajian di masjid-masjid… di wilayah timur.
Lantas mudir itu bertanya, “Di mana Anda belajar?”
Kujawab, “Di Universitas ini.”
Dia berkata, “Lalu bagaimana Syaikh Ibn Baz menulis ini?!”
Lalu kukatakan kepadanya, “Aku membawa rekomendasi ini kepada Anda, sementara aku sendiri juga merasa terheran-heran seperti Anda.”
Lalu dia duduk berfikir, kemudian berbalik seraya bertanya, “Anda tidak punya ijazah syari’ah?” Kujawab, “Tidak punya.”
Karena Syaikh bin Baz adalah Ketua Umum Kantor Riset ilmiah, Fatwa, Dakwah dan Penerangan maka ucapannya harus dilaksanakan, dia adalah mudirnya. Lalu dia berkata, “Di mana Anda ingin menyampaikan muhadharah (ceramah) Anda?!”
Kujawab, “Demi Allah, aku tidak tahu.”
Dia pun berkata, “Aku akan menjadikanmu untuk meyampaikan muhadharah dan kajian-kajian di madrasah-madrasah dan kantor-kantor pemerintah.”
Kemudian dia berkata kepada sekretarisnya: “Berikan kepadaku jadwal madrasah dan perkantoran, kemudian letakkan nama (Syaikh al-Munajjid) pada jadwal muhadarah dan kajian-kajian tersebut.”
Aku pun mengambil rekomendasi, dan jadwal kajian, lalu keluar. Aku pun berpikir, “Apa ini..?!”
Lalu aku pergi ke Mudir Wakaf dan Masjid, kemudian kuberikan kepadanya rekomendasi Syaikh. Dia membuka rekomendasi tersebut, kemudian memerintahkan untuk menunjukku di salah satu masjid, dan aku terus di sana hingga hari ini.
Agar aku terbiasa (terlatih) berkhutbah, aku pergi ke masjid lain di pasar untuk berkhutbah di tengah-tengah mereka. Mayoritas mereka adalah orang-orang ‘ajam (non Arab), masjidnya paling banyak tiangnya, dan mimbarnya tertutup. Lalu aku pun menutup diriku dengan tembok sebelah yang ada di sisi kanan dan kiri mimbar. Dulu aku mengangkat kertas di tengah khutbah untuk menutupi wajahku dengannya.
Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan taufik untukku dengan karunia Allah kemudian berkat do’a Syaikh bin Baz dan perhatian beliau kepadaku. Demikianlah aku beralih dari bidang kuliahku secara total.
Setiap kali aku bertanya kepada diriku sendiri, “Siapakah penyebabnya, dan bagaimana bisa terjadi?” Maka aku pun menghadapkan do’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan rahmat-Nya kepada Syaikh bin Baz, serta mengangkat derajat dan kedudukan beliau serta mengampuni beliau, dan menjadikan beliau di atas banyak makhluk-Nya pada hari kiamat.”
Inilah dia Syaikh Muhammad al-Munajjid, dan inilah kehidupan beliau yang penuh dengan ilmu. Sesungguhnya aku yakin, bahwa banyak di antara manusia tidak mengetahui rincian indah yang itu merupakan rekomendasi terbesar yang diraih oleh seorang penuntut ilmu dari gurunya ini.
Kami mengingatkan bahwa Syaikh al-Munajjid –mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaganya- mendapatkan banyak pujian dari anggota Haiah Kibaril Ulama pada kajian-kajian mereka dan jawaban-jawaban mereka. Karena itu aku menantang siapa saja yang bisa mendatangkan catatan miring atas beliau –apalagi tahdziran- dari anggota Haiat Kibaril Ulama manapun, atau dari Lajnah Daimah, atau juga para imam Masjidil Haram.
Bahkan, sesungguhnya Syaikh Shalih Fauzan Rahimahullah telah memuji kitab Syaikh al-Munajjid yang baru, beliau berkata dalam pujiannya, ‘Aku telah membaca sebuah kitab bernilai dan penuh faidah milik Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid, sebuah kitab yang setiap penuntut ilmu membutuhkannya; yaitu kitab Bid’atu I’adati Fahmin Nashsh[1] (Bid’ah Menafsir ulang (rethinking) teks)[2]. Maka saya mendapatinya -walhamdulillah- sebagai sebuah kitab penuh faidah lagi bermanfaat; dimana kita membutuhkannya pada waktu ini yang orang-orang ruwaibidhah (orang kerdil tanpa ilmu sok punya ilmu); dan murid-murid Barat serta orang-orang kebatinan banyak berbicara tentang hukum-hukum syariat demi menghancurkan bangunan-bangunannya, dan menggantinya dengan pendapat-pendapat orang-orang sesat. Maka segala puji bagi Allah yang pada setiap waktu telah menjadikan seorang penolong bagi kebenaran, serta menjadikan pembantah dan pemberantas kebatilan. Sesungguhnya kitab ini, dengan sebenarnya, telah menutup satu celah besar yang dibuat oleh para penyamun itu yang berusaha untuk mencabik-cabik penjagaan syariat, dan berusaha untuk memarjinalkan para pelindung dan para pengemban Syariat…. Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas Syaikh Muhammad dengan sebaik-baik balasan atas apa yang telah dia tulis, dia jelaskan, dia tunjukkan dan dia komentari. Hingga dia jelaskan aib mereka, dan mengoyak topeng-topeng mereka. Mudah-mudahan Allah menjadikannya sebagai bagian dari para penolong agama-Nya, serta penjaga syari’at-Nya, serta menambahnya dengan ilmu dan amal. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarga dan para sahabat beliau.’
Mengambil ilmu dari seorang insinyur minyak dan tambang?
Sungguh mengherankan saat kita mendengar orang yang lancang, buruk adabnya terhadap seorang alim Syaikh Muhammad al-Munajjid, kemudian dia berkata dengan segenap kedengkian dan hasad: “Apakah kita akan mengambil agama kita dari seorang Insinyur?!” Thalabul ilmi kerdil lagi miskin ini tidak mengetahui bahwa dia tidak sampai pada tingkatan murid Syaikh yang paling rendah sekalipun! Dia tidak mengetahui biografi syaikh yang penuh dengan ilmu dan dakwah! Dia tidak mengetahui bahwa Insinyur hanyalah gelar ilmiah tambahan. Dia adalah satu profesi yang dengannya manusia mencari kehidupan sebagaimana para Nabi, para sahabat, dan ulama Salaf.
Nabi Nuh ‘Alaihi Sallam adalah tukang kayu, Nabi Idris ‘Alaihi Sallam adalah penjahit, Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallam adalah pedagang pakaian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dulu adalah seorang penggembala, Abu Bakar, Utsman, dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallahu ‘Anhu adalah para saudagar (pedagang), ‘Amr bin al-’Ash adalah seorang jagal hewan, az-Zubair bin al-’Awwam seorang penjahit. Banyak di antara para ulama salaf yang mencari nafkah dengan profesi-profesi dunia yang bermacam-macam. Di antara mereka –bukan untuk membatasi– adalah:
Al-Ajuri: nisbat kepada pekerjaan pembuatan bata dan penjualannya. Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Ajuri.
Al-Iskafi: nisbat kepada orang yang membuat sandal dan memperbaikinya (tukang sepatu dan sandal). Yang terkenal dengan profesi ini adalah Ahmad al-Iskafi.
Al-Baqillani: nisbat kepada penjual (bakul) kacang. Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Baqillani.
Al-Bazzaz; nisbat kepada penjualan pakaian. Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Bakar al-Bazzaz.
At-Tauhidiy: nisbat kepada penjualan tauhid (satu jenis korma), Yang terkenal dengan profesi ini adalah Abu Hayyan at-Tahidiy.
Al-Jauziy; nisbat kepada kelapa dan penjualannya, lalu terkenal dengan profesi ini, Abu Ishaq al-Jauziy.
Di antara para ulama kontemporer, beliau adalah Syaikh Shalih Alus Syaikh, dulu beliau belajar di Fakultas Teknik selama 4 tahun, demikian pula Syaikh Musthafa al-’Adawiy dulu beliau adalah seorang Insinyur, juga Syaikh al-Faqih Muhammad Yasri Ibrahim, doktor bidang Teknik Kimia. Dan banyak lagi selain mereka yang berprofesi sebagai dokter dan profesi-profesi lain. Kita juga tidak melupakan bahwa Syaikh al-Albani Rahimahullah dulunya adalah tukang jam. Mereka semua dan selain mereka mengambil petunjuk dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“… Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah…” (QS. Al-Jumu’ah: 10) maka dulu
mereka merupakan sebab kemakmuran dunia.
Hingga orang-orang kafir dan musyrik yang sombong tidak memandang rendah pengikut para Nabi yang mereka mengambil agama mereka dari (orang yang dulunya) para penggembala kambing, atau penjahit, atau tukang kayu!!! Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah kepada kondisi orang-orang yang tidak obyektif.
Pembelaan Syaikh al-Munajjid terhadap syaikh al-Albani Rahimahullah:
Beliau menjawab di website beliau atas seorang penanya yang bertanya tentang keadaan Syaikh al-Albani Rahimahullah, maka beliau pun memujinya, menyebut rekomendasi ahlul ilmi kepadanya, memberikan nasihat untuk membaca kitab-kitabnya, dan mendengarkan kaset-kasetnya. Lalu beliau menutup dengan ucapannya: “Aku memohon kepada Allah, agar merahmati syaikh kami, al-Albani, serta menempatkan beliau pada Firdaus yang tertinggi. Jawaban tersebut ada pada link:http://www.islam-qa.com/ar/ref/110667.
Sejak kecil, Syaikh al-Munajjid telah banyak mengambil manfaat dari kitab-kitab Syaikh al-Albani Rahimahullah. Beliau juga menghubungi Syaikh al-Albani melalui telpon setiap kali beliau membutuhkannya. Di dalam Silsilah Asyrithatul Huda Wan Nur, kaset (10/206) Syaikh al-Munajjid bertanya kepada Syaikh al-Albani Rahimahullah, dengan banyak pertanyaan. Pada saat al-Munajjid bertanya, ‘Apakah Anda mengizinkan saya untuk menyampaikan pertanyaan terakhir? Syaikh al-Albani menjawab, ‘Sayang kalau ini adalah pertanyaan terakhir.’ Maksudnya, ‘Aku ingin agar engkau memanjangkan perbincangan dan bertanya sekehendakmu.’ Pada akhir pembicaraan via telpon itu, al-Munajjid memperkenalkan dirinya dan bahwa beliau –yaitu Syaikh al-Albani- mengenal ayah istrinya. Setelah al-Albani mengenal ayah istri al-Munajjid (mertua syaikh al-Munajjid), maka syaikh al-Albani pun mendoakannya agar diberi rahmat oleh Allah. Demikianlah adab Syaikh al-albani dan ketawadhuannya Rahimahullah. Inilah link pembicaraan itu:
http://www.ansarallah.com/play_audio.php?audio=162.
Aktifitas dakwah beliau:
Sulit bagi kami untuk merinci aktifitas dakwa beliau, hanya saja kami ringkas yang terpenting sebagai berikut:
Hingga orang-orang kafir dan musyrik yang sombong tidak memandang rendah pengikut para Nabi yang mereka mengambil agama mereka dari (orang yang dulunya) para penggembala kambing, atau penjahit, atau tukang kayu!!! Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah kepada kondisi orang-orang yang tidak obyektif.
Pembelaan Syaikh al-Munajjid terhadap syaikh al-Albani Rahimahullah:
Beliau menjawab di website beliau atas seorang penanya yang bertanya tentang keadaan Syaikh al-Albani Rahimahullah, maka beliau pun memujinya, menyebut rekomendasi ahlul ilmi kepadanya, memberikan nasihat untuk membaca kitab-kitabnya, dan mendengarkan kaset-kasetnya. Lalu beliau menutup dengan ucapannya: “Aku memohon kepada Allah, agar merahmati syaikh kami, al-Albani, serta menempatkan beliau pada Firdaus yang tertinggi. Jawaban tersebut ada pada link:http://www.islam-qa.com/ar/ref/110667.
Sejak kecil, Syaikh al-Munajjid telah banyak mengambil manfaat dari kitab-kitab Syaikh al-Albani Rahimahullah. Beliau juga menghubungi Syaikh al-Albani melalui telpon setiap kali beliau membutuhkannya. Di dalam Silsilah Asyrithatul Huda Wan Nur, kaset (10/206) Syaikh al-Munajjid bertanya kepada Syaikh al-Albani Rahimahullah, dengan banyak pertanyaan. Pada saat al-Munajjid bertanya, ‘Apakah Anda mengizinkan saya untuk menyampaikan pertanyaan terakhir? Syaikh al-Albani menjawab, ‘Sayang kalau ini adalah pertanyaan terakhir.’ Maksudnya, ‘Aku ingin agar engkau memanjangkan perbincangan dan bertanya sekehendakmu.’ Pada akhir pembicaraan via telpon itu, al-Munajjid memperkenalkan dirinya dan bahwa beliau –yaitu Syaikh al-Albani- mengenal ayah istrinya. Setelah al-Albani mengenal ayah istri al-Munajjid (mertua syaikh al-Munajjid), maka syaikh al-Albani pun mendoakannya agar diberi rahmat oleh Allah. Demikianlah adab Syaikh al-albani dan ketawadhuannya Rahimahullah. Inilah link pembicaraan itu:
http://www.ansarallah.com/play_audio.php?audio=162.
Aktifitas dakwah beliau:
Sulit bagi kami untuk merinci aktifitas dakwa beliau, hanya saja kami ringkas yang terpenting sebagai berikut:
memiliki
lebih dari 15 karya tulis
memiliki
kajian di televisi lebih dari 5600 jam siaran selama 23 tahun
memiliki
silsilah kajian di siaran radio al-Qur`an al-Karim
penasihat
umum sekumpulan website islami, yang terdiri dari 8 web.
Imam dan
khatib Masjid Jami’ Umar bin Abdil Aziz
Memiliki
kajian-kajian ilmiah tentang:
Tafsir Ibnu
Katsir
Syarah Shahih
al-Bukhari
Fatawa
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Syarah Sunan
at-Turmudzi
Syarah
Kitabut Tauhid Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab
Syarah
Umdatul Ahkam fil Fiqh, al-Hafizh ‘Abdul Ghaniy al-Maqdisiy
Syarah Kitab
Minhajus Salikin fil Fiqh, Syaikh as-Sa’diy
Inilah Syaikh
Muhammad al-Munajjid, dan inilah kenyataan beliau yang tersembunyi. Aku memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menetapkan bagiku dan bagi
saudara-saudaraku di Majalah Qiblati segala kebaikan, karena pembelaan kami
kepada semua ulama para pewaris Nabi. (AR)*
[2] Yang dimaksud oleh Syaikh adalah pikiran dan upaya
bid’ah kaum Liberal, sebagaimana yang yang digembar-gemborkan oleh
“intelektual” Liberal dari pelbagai penjuru dunia: Muhammad Abed Al-Jabiri
(proyek Kritik Nalar Arab), Muhammed Arkoun (Kritik Nalar Islam), Farid Essack
(Hermeneutika Pembebasan), Hasan Hanafi (Kiri Islam), Nasr Hamid Abu Zayd,
(Peradaban teks) dan seterusnya. Yang akhirnya berbondong-bondong aktifis JIL
Indonesia mengekor di belakang merek
|
Syekh Abdul
Majid az-Zindany, berkata, “Dahulu aku membaca firman Allah,
“Ketahuilah,
sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya (yaitu) ubun-ubun yang
dusta lagi salah. (QS al-‘Alaq:15-16)”
An-Nashiyah adalah ubun-ubun. Aku bertanya-tanya pada diri sendiri, dan berkata, “Ya Allah, jelaskan untuku artinya ini!
Mengapa Engkau katakan Nasiyah Kadzibah (Ubun-ubun yang mendustakan lagi salah)?”
Aku berpikir tentang hal itu selama lebih dari sepuluh tahun. Dalam kebingunganku ini, aku merujuk pada kitab-kitab tafsir dan mendapatkan jawaban, bahwa salah seorang ahli tafsir berkata, “Maksudnya bukan berarti ubun-ubun yang dusta, akan tetapi itu adalah makna majaz (kiasan) bukan makna yang sebenarnya. Arti ‘ubun-ubun yang berdusta lagi bersalah’, adalah orang yang memilikinya. Demikianlah mereka mengatakannya, jadi bukan ubun-ubun yang berdusta.
Pada akhirnya Allah memudahkanku untuk mencari tahu tentang rahasia ubun-ubun ini. Salah seorang ahli ilmu dariKanada dan orang-orang terkenal dalam ilmu otak, anatomi dan janin telah memaparkan rahasia ubun-ubun ini. Kami mengetahuinya dalam sebuah konggres para dokter dunia yang dilaksanakan di Cairo.
Di konggres tersebut hadir para dokter bersama istrinya. Salah seorang istri dokter, tatkala mendengar kata, Nashiyathin Kadzibah (ubun-ubun yang dusta) ini bertanya, ”huruf ha’ (ta’ marbuthah dalam Kadzibah, yang berarti menunjukkan sifat dari Nashiyah kemana perginya?”
(Dijawab) para ahli tafsir berkata, “Makna Nashiyathin Kadzibatin Khathi’ah, adalah Ubun-ubun orang yang berdusta lagi bersalah, bukan ubun-ubunnya yang dusta, atau dengan menghilangkan huruf ha’ nya).” Dia kembali bertanya, “Lha terus kemana perginya huruf ha’ ?”
Aku berkata pada diri sendiri, “Inilah huruf ha’ yang membuat aku bingung selama 10 tahun. Allah yang Maha Tinggi telah berfirman kepada kami, “Nashiyah Kadzibah Khati-ah. Akhirnya kami merujuk kepada pemaparan seorang ilmuwan Kanada, yang dikemukakan semenjak 50 tahun lalu, dia menjelaskan bahwa otak itu terletak di bawah kening yang langsung berhubungan dengan ubun-ubun itulah bagian terpenting dari kedustaan dan kesalahan. Dari situlah tempat yang keluar kedustaan dan kesalahan. Mata akan melihat dengannya, dan telinga akan mendengar darinya. Demikian pula, dari tempat itu yang dapat mengeluarkan keputusan.
Jika bagian itu dipotong, maka pemiliknya tidak akan mempunyai keinginan sendiri, dia tidak dapat memilih untuk duduk, berdiri dan berjalan. Dia tidak mampu mengendalikan dirinya, seperti seseorang yang dicabut matanya, maka dia tak akan bisa melihat. Kemudian sang ilmuwan melanjutkan, bahwa bagian ini adalah penanggung jawab dari sumber segala keputusan…
Dengan demikian, siapakah yang mengambil keputusan? Kita mengetahui dia adalah jiwa, dialah pemilik keputusan, jiwalah yang melihat, akan tetapi mata adalah yang mengindera. Jiwa mendengar akan tetapi telinga yang mengindera, demikian juga otak adalah mengindera. Akan tetapi pada akhirnya tempat itulah penghasil keputusan. Itulah Nashiyathin Kadzibathin Khati’atin. Oleh karenanya Allah berfirman, yang artinya, “…..sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya,” yang bermakna, “Akan Kami ambil dan Kami runtuhkan.”
Maha Suci Allah, apa yang ada di dalam kitab-Nya.
Huruf ha’, manusia akhirnya mengetahui rahasianya setelah ilmu pengetahuan maju setapak demi setapak. Kemudian mereka menemukan bahwa bagian kecil dari Nashiyah (ubun-ubun) ini berada juga dalam setiap binatang yang berbentuk kecil lagi lemah. Karena memang binatang tempat pengendalian dan gerakan badannya juga bersumber dari tempat ini. Oleh karena ini Allah mengisyaratkan dengan firman-Nya,
An-Nashiyah adalah ubun-ubun. Aku bertanya-tanya pada diri sendiri, dan berkata, “Ya Allah, jelaskan untuku artinya ini!
Mengapa Engkau katakan Nasiyah Kadzibah (Ubun-ubun yang mendustakan lagi salah)?”
Aku berpikir tentang hal itu selama lebih dari sepuluh tahun. Dalam kebingunganku ini, aku merujuk pada kitab-kitab tafsir dan mendapatkan jawaban, bahwa salah seorang ahli tafsir berkata, “Maksudnya bukan berarti ubun-ubun yang dusta, akan tetapi itu adalah makna majaz (kiasan) bukan makna yang sebenarnya. Arti ‘ubun-ubun yang berdusta lagi bersalah’, adalah orang yang memilikinya. Demikianlah mereka mengatakannya, jadi bukan ubun-ubun yang berdusta.
Pada akhirnya Allah memudahkanku untuk mencari tahu tentang rahasia ubun-ubun ini. Salah seorang ahli ilmu dariKanada dan orang-orang terkenal dalam ilmu otak, anatomi dan janin telah memaparkan rahasia ubun-ubun ini. Kami mengetahuinya dalam sebuah konggres para dokter dunia yang dilaksanakan di Cairo.
Di konggres tersebut hadir para dokter bersama istrinya. Salah seorang istri dokter, tatkala mendengar kata, Nashiyathin Kadzibah (ubun-ubun yang dusta) ini bertanya, ”huruf ha’ (ta’ marbuthah dalam Kadzibah, yang berarti menunjukkan sifat dari Nashiyah kemana perginya?”
(Dijawab) para ahli tafsir berkata, “Makna Nashiyathin Kadzibatin Khathi’ah, adalah Ubun-ubun orang yang berdusta lagi bersalah, bukan ubun-ubunnya yang dusta, atau dengan menghilangkan huruf ha’ nya).” Dia kembali bertanya, “Lha terus kemana perginya huruf ha’ ?”
Aku berkata pada diri sendiri, “Inilah huruf ha’ yang membuat aku bingung selama 10 tahun. Allah yang Maha Tinggi telah berfirman kepada kami, “Nashiyah Kadzibah Khati-ah. Akhirnya kami merujuk kepada pemaparan seorang ilmuwan Kanada, yang dikemukakan semenjak 50 tahun lalu, dia menjelaskan bahwa otak itu terletak di bawah kening yang langsung berhubungan dengan ubun-ubun itulah bagian terpenting dari kedustaan dan kesalahan. Dari situlah tempat yang keluar kedustaan dan kesalahan. Mata akan melihat dengannya, dan telinga akan mendengar darinya. Demikian pula, dari tempat itu yang dapat mengeluarkan keputusan.
Jika bagian itu dipotong, maka pemiliknya tidak akan mempunyai keinginan sendiri, dia tidak dapat memilih untuk duduk, berdiri dan berjalan. Dia tidak mampu mengendalikan dirinya, seperti seseorang yang dicabut matanya, maka dia tak akan bisa melihat. Kemudian sang ilmuwan melanjutkan, bahwa bagian ini adalah penanggung jawab dari sumber segala keputusan…
Dengan demikian, siapakah yang mengambil keputusan? Kita mengetahui dia adalah jiwa, dialah pemilik keputusan, jiwalah yang melihat, akan tetapi mata adalah yang mengindera. Jiwa mendengar akan tetapi telinga yang mengindera, demikian juga otak adalah mengindera. Akan tetapi pada akhirnya tempat itulah penghasil keputusan. Itulah Nashiyathin Kadzibathin Khati’atin. Oleh karenanya Allah berfirman, yang artinya, “…..sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya,” yang bermakna, “Akan Kami ambil dan Kami runtuhkan.”
Maha Suci Allah, apa yang ada di dalam kitab-Nya.
Huruf ha’, manusia akhirnya mengetahui rahasianya setelah ilmu pengetahuan maju setapak demi setapak. Kemudian mereka menemukan bahwa bagian kecil dari Nashiyah (ubun-ubun) ini berada juga dalam setiap binatang yang berbentuk kecil lagi lemah. Karena memang binatang tempat pengendalian dan gerakan badannya juga bersumber dari tempat ini. Oleh karena ini Allah mengisyaratkan dengan firman-Nya,
مَّامِن
دَابَّةٍ إِلاَّهُوَ ءَاخِذٌ بِنَاصِيَتِهَآ
“Tidak ada
sutu pun binatang yang melata melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.”
(QS Huud:56)
Tempat pengendalian terdapat di ubun-ubun, siapakah yang mengetahui semua ini? Kapan para ilmuwan mengetahuinya?Adalah ketika mereka mengoperasi binatang-binatang…
Al-Quran telah menyebutkan fakta fenomena ini bersamaan datangnya ilmu Allah yang memberitahukan segala sesuatu dari ilmu pengetahuan. Dalam hadits yang mulia pun juga disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Tempat pengendalian terdapat di ubun-ubun, siapakah yang mengetahui semua ini? Kapan para ilmuwan mengetahuinya?Adalah ketika mereka mengoperasi binatang-binatang…
Al-Quran telah menyebutkan fakta fenomena ini bersamaan datangnya ilmu Allah yang memberitahukan segala sesuatu dari ilmu pengetahuan. Dalam hadits yang mulia pun juga disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ عَبْدُكَ، اِبْنُ عَبْدِك،َ اِبْنُ أمَتِكَ نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ
“Ya Allah
sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, putra hamba-Mu laki-laki dan putra hamba-Mu
perempuan, ubun-ubunku ada di tangan-Mu.”
Ubun-ubun adalah tempat kendali, dan dengan membaca hikmah dari syariat Allah, ubun-ubun ini bersujud dan taat merendahkan diri kepada Allah. Mungkin sekali disana juga ada kaitan antara ubun-ubun yang sujud khusyuk dengan akhlaq tingkah laku yang istiqamah di jalan-Nya.
Ubun-ubun adalah tempat kendali, dan dengan membaca hikmah dari syariat Allah, ubun-ubun ini bersujud dan taat merendahkan diri kepada Allah. Mungkin sekali disana juga ada kaitan antara ubun-ubun yang sujud khusyuk dengan akhlaq tingkah laku yang istiqamah di jalan-Nya.
إِنَّ
الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
“Sesungguhnya
shalat mencegah dari yang keji dan yang mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut ayat 45)
(Diambil dari Kitab Wa Ghadan ‘Ashrul Iman)
(Diambil dari Kitab Wa Ghadan ‘Ashrul Iman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar