quicaq al ghoibi Malenggank di langit
Istilah ajaran martabat tujuh, tidak pernah
dikenal pada masa
Rasulullah, beliau tidak mengajarkan secara khusus. Ajaran martabat
tujuh didalam tasawuf merupakan perkembangan dari ilmu tauhid yang
diajarkan oleh Rasulullah. Kedudukan ilmu ini sama halnya dengan
mempelajari ilmu fiqh, ushul fiqh, filsafat, ilmu dirayah hadist,
riwayah hadist, ilmu Alquran dan ilmu tafsir (ilmu-ilmu ini tidak
pernah diajarkan oleh Rasulullah secara khusus), akan tetapi ilmu-
ilmu ini merupakan pembahasan yang mengacu kepada dasar yang telah
diajarkan oleh Rasulullah.
Rasulullah, beliau tidak mengajarkan secara khusus. Ajaran martabat
tujuh didalam tasawuf merupakan perkembangan dari ilmu tauhid yang
diajarkan oleh Rasulullah. Kedudukan ilmu ini sama halnya dengan
mempelajari ilmu fiqh, ushul fiqh, filsafat, ilmu dirayah hadist,
riwayah hadist, ilmu Alquran dan ilmu tafsir (ilmu-ilmu ini tidak
pernah diajarkan oleh Rasulullah secara khusus), akan tetapi ilmu-
ilmu ini merupakan pembahasan yang mengacu kepada dasar yang telah
diajarkan oleh Rasulullah.
Ada beberapa hal yang menyebabkan ilmu-ilmu
itu muncul.
Hadist Rasulullah, yang merupakan qauli
(ucapan), fili (perbuatan)
dan taqriri (ketetapan), ditulis oleh para periwayat hadist secara
sederhana, sehingga tidak semua orang mampu mengerti kedalamannya.
Dengan bahasa yang digunakan oleh Rasulullah banyak diantara sahabat
yang bukan orang asli Arab setempat tidak mengerti maksudnya. Hal ini
disebabkan gaya bahasa yang disampaikan terlalu tinggi balaghahnya
(biasanya sering menggunakan bahasa perumpamaan), yang terasa sulit
bagi kita untuk mengerti, akan tetapi pada saat itu para sahabat bisa
langsung bertanya kepada Rasulullah apabila ada kalimat yang tidak
bisa difahami.
dan taqriri (ketetapan), ditulis oleh para periwayat hadist secara
sederhana, sehingga tidak semua orang mampu mengerti kedalamannya.
Dengan bahasa yang digunakan oleh Rasulullah banyak diantara sahabat
yang bukan orang asli Arab setempat tidak mengerti maksudnya. Hal ini
disebabkan gaya bahasa yang disampaikan terlalu tinggi balaghahnya
(biasanya sering menggunakan bahasa perumpamaan), yang terasa sulit
bagi kita untuk mengerti, akan tetapi pada saat itu para sahabat bisa
langsung bertanya kepada Rasulullah apabila ada kalimat yang tidak
bisa difahami.
Persoalan kadang juga muncul karena ada kata
yang bersifat musytarak
( satu kata banyak arti ), sehingga sulit bagi generasi setelahnya
untuk menentukan makna yang sebenarnya seperti kata lamastum (Qs: An
Nisa:43) yang memiliki dua arti yaitu menyentuh dan bersetubuh .
( satu kata banyak arti ), sehingga sulit bagi generasi setelahnya
untuk menentukan makna yang sebenarnya seperti kata lamastum (Qs: An
Nisa:43) yang memiliki dua arti yaitu menyentuh dan bersetubuh .
Kemudian di bidang Hadist, ..banyak para
periwayat tidak menggunakan
bahasa yang redaksinya berasal dari Rasulullah. Setelah mereka
melihat perilaku Rasulullah, lalu mereka menulis redaksi hadist
tersebut dengan bahasanya sendiri, sedangkan kita tahu bahwa setiap
periwayat tidak semuanya berasal dari orang-orang Arab setempat, akan
tetapi ada yang berasal dari Yaman, Madinah, Persia dan kaum Baduy
yang berasal dari pegunungan, yang kesemuanya itu memiliki dialek
yang berbeda.
bahasa yang redaksinya berasal dari Rasulullah. Setelah mereka
melihat perilaku Rasulullah, lalu mereka menulis redaksi hadist
tersebut dengan bahasanya sendiri, sedangkan kita tahu bahwa setiap
periwayat tidak semuanya berasal dari orang-orang Arab setempat, akan
tetapi ada yang berasal dari Yaman, Madinah, Persia dan kaum Baduy
yang berasal dari pegunungan, yang kesemuanya itu memiliki dialek
yang berbeda.
Oleh karena itu wajarlah hikmah itu muncul
dengan adanya ilmu-ilmu
seperti ilmu balaghah, ilmu Bayan, ilmu ushul Fiqh, ilmu Dirayah,
Riwayah, mustalahul hadist, ilmu tauhid dll.
seperti ilmu balaghah, ilmu Bayan, ilmu ushul Fiqh, ilmu Dirayah,
Riwayah, mustalahul hadist, ilmu tauhid dll.
Dengan demikian kita boleh menerima apa yang
datang dari gagasan
ulama masyhur, selama tidak bertentangan dengan Alquran dan Al
hadist. Salah satunya tentang ajaran Martabat Tujuh. Tetapi apabila
kita tidak setuju dengan pendapat ulama tersebut, sebaiknya kita
menjadikan ilmu tersebut sebagai wacana keilmuan Islam yang
berkembang .
ulama masyhur, selama tidak bertentangan dengan Alquran dan Al
hadist. Salah satunya tentang ajaran Martabat Tujuh. Tetapi apabila
kita tidak setuju dengan pendapat ulama tersebut, sebaiknya kita
menjadikan ilmu tersebut sebagai wacana keilmuan Islam yang
berkembang .
Ajaran martabat tujuh di susun oleh Muhammad Ibn Fadhilah
dalam
kitabnya Al Tuhfah al Mursalah ila Ruhin-Nabi. Dalam kitab ini
diterangkan bahwa Dzat Tuhan merupakan Wujud Mutlak, tidak dapat
dipersepsikan oleh akal, perasaan, khayal dan indera.. Dzatullah
sebagai aspek bathin segala yang maujud (ada), karena Tuhan meliputi
segala sesuatu (Lihat surat Fushilat :54) dan untuk bisa memahami
wujud Tuhan yang sebenarnya secara transenden harus setelah
bertajalli sebanyak tujuh martabat yakni :
kitabnya Al Tuhfah al Mursalah ila Ruhin-Nabi. Dalam kitab ini
diterangkan bahwa Dzat Tuhan merupakan Wujud Mutlak, tidak dapat
dipersepsikan oleh akal, perasaan, khayal dan indera.. Dzatullah
sebagai aspek bathin segala yang maujud (ada), karena Tuhan meliputi
segala sesuatu (Lihat surat Fushilat :54) dan untuk bisa memahami
wujud Tuhan yang sebenarnya secara transenden harus setelah
bertajalli sebanyak tujuh martabat yakni :
1.. Martabat Ahadiyat, yaitu martabat la Tayun
dan ithlaq. Ialah
tahap yang belum mengenal individuasi, inilah martabat yang
tersembunyi (kosong), karena belum ada ide-ide, namanya Dzat Mutlak.
Hakikat ketuhanan.tak seorangpun dapat meraih-Nya, bahkan nabi-nabi
dan wali-walipun tidak. Para malaikat yang berdiri dekat Allah tidak
dapat meraih hakikat Yang Maha Luhur, tak seorangpun mengetahui atau
merasakan hakikat-Nya. Sifat-sifat dan nama-nama belum ada, sebuah
manifestasi yang jelaspun belum ada. Hanya Dialah yang ada dan nama-
Nya ialah wujud makal Dzat Yang langgeng, hakikat segala hakikat.
AdaNya ialah kesepian atau kekosongan ( kosong tapi ADA). Siapakah
gerangan yang tahu akan hal keadaan ini?
Diantara semua martabat, tak ada satupun yang melebihi martabat ini
yang bernama ahadiyah. Semua martabat lainnya berada dibawahnya.
tahap yang belum mengenal individuasi, inilah martabat yang
tersembunyi (kosong), karena belum ada ide-ide, namanya Dzat Mutlak.
Hakikat ketuhanan.tak seorangpun dapat meraih-Nya, bahkan nabi-nabi
dan wali-walipun tidak. Para malaikat yang berdiri dekat Allah tidak
dapat meraih hakikat Yang Maha Luhur, tak seorangpun mengetahui atau
merasakan hakikat-Nya. Sifat-sifat dan nama-nama belum ada, sebuah
manifestasi yang jelaspun belum ada. Hanya Dialah yang ada dan nama-
Nya ialah wujud makal Dzat Yang langgeng, hakikat segala hakikat.
AdaNya ialah kesepian atau kekosongan ( kosong tapi ADA). Siapakah
gerangan yang tahu akan hal keadaan ini?
Diantara semua martabat, tak ada satupun yang melebihi martabat ini
yang bernama ahadiyah. Semua martabat lainnya berada dibawahnya.
2.. Martabat kedua bernama Martabat tayun awal
( awal kenyataan).
Pada tahap wahdah ini mulailah individuasi. Inilah kenyataan Muhammad
yang tersembunyi di dalam rahasia Tuhan, didalam cara-cara berada
dzatNya. Semua kenyataan belum terpisah antara yang satu dengan yang
lainnya, karena masih terikat satu sama lain dalam cara-cara berada
itu. Antara ide yang satu belum ada perbedaan dengan ide yang lain,
karena masih tersembunyi di dalam wahdat. Mereka masih terkumpul di
dalam (kenyataan) Muhammad yang merupakan awal pemancaran cara-cara
berada hakikat sejati. Yang dinamakan wahdah ialah hakikat Muhammad,
semua hakikat masih berkumpul dalam martabat wahdah dan belum
terpisah-pisah. Martabat wahdah ini dapat di ibaratkan dengan sebutir
biji; batang, cabang-cabang dan daun-daunnya masih tersembunyi di
dalam biji itu dan belum terpisah-pisah. Batang, cabang-cabang dan
daun-daun melambangkan engkau, aku, mereka, sedangkan bijinya tunggal
(wahdat)
Pada tahap wahdah ini mulailah individuasi. Inilah kenyataan Muhammad
yang tersembunyi di dalam rahasia Tuhan, didalam cara-cara berada
dzatNya. Semua kenyataan belum terpisah antara yang satu dengan yang
lainnya, karena masih terikat satu sama lain dalam cara-cara berada
itu. Antara ide yang satu belum ada perbedaan dengan ide yang lain,
karena masih tersembunyi di dalam wahdat. Mereka masih terkumpul di
dalam (kenyataan) Muhammad yang merupakan awal pemancaran cara-cara
berada hakikat sejati. Yang dinamakan wahdah ialah hakikat Muhammad,
semua hakikat masih berkumpul dalam martabat wahdah dan belum
terpisah-pisah. Martabat wahdah ini dapat di ibaratkan dengan sebutir
biji; batang, cabang-cabang dan daun-daunnya masih tersembunyi di
dalam biji itu dan belum terpisah-pisah. Batang, cabang-cabang dan
daun-daun melambangkan engkau, aku, mereka, sedangkan bijinya tunggal
(wahdat)
Masih ada
perumpamaan lain, yaitu tinta dalam wadahnya. Semua huruf
terkumpul di dalam tinta, huruf yang satu belum dibedakan dari huruf
lain. demikian juga dalam wahdah semua huruf, tuhan dan kita, sebelum
terpisahkan
terkumpul di dalam tinta, huruf yang satu belum dibedakan dari huruf
lain. demikian juga dalam wahdah semua huruf, tuhan dan kita, sebelum
terpisahkan
Dari tinta inilah segala sesuatu itu terjadi,
gambar rumah, gambar
gunung, gambar manusia , batu, angin dan bentuk-bentuk lainnya. Dan
Tinta itu bukanlah yang menulis, akan tetapi Dialah Yang
menggerakkan, Yang hidup, Kuasa, Yang Gagah, dengan demikian
muncullah sifat-sifat siapa yang menggoreskan tinta itu. Bisa
ditarik kesimpulan bahwa sifat bukan hakikat ketuhanan akan tetapi
sifat adalah yang bersandar kepada Dzat Tuhan. Sesuatu yang bersandar
kepada Dzat bukanlah Tuhan, kedudukannya sama halnya dengan tanaman,
pohonan, gunung, surga dan neraka, karena semua muncul karena adanya
Dzat yang Hidup, dzat-lah Yang menggerakkan semua ini.
gunung, gambar manusia , batu, angin dan bentuk-bentuk lainnya. Dan
Tinta itu bukanlah yang menulis, akan tetapi Dialah Yang
menggerakkan, Yang hidup, Kuasa, Yang Gagah, dengan demikian
muncullah sifat-sifat siapa yang menggoreskan tinta itu. Bisa
ditarik kesimpulan bahwa sifat bukan hakikat ketuhanan akan tetapi
sifat adalah yang bersandar kepada Dzat Tuhan. Sesuatu yang bersandar
kepada Dzat bukanlah Tuhan, kedudukannya sama halnya dengan tanaman,
pohonan, gunung, surga dan neraka, karena semua muncul karena adanya
Dzat yang Hidup, dzat-lah Yang menggerakkan semua ini.
Mengetahui Martabat ini disebut wahdat dan
hakikat kemuhammadan atau
Nur Muhammad artinya cahaya yang penuh pujian Tuhan. Inilah permulaan
segala sesuatu, sehingga Allah bisa disifati karena Ia Yang
Menciptakan (Al Khaliq), Yang Memelihara (Al hafidz), Yang Perkasa
(Al Jabbar), Yang Maha Kuat (Al qawwiyu), Yang Hidup (Al Hayyu) dst,
sedangkan sifat itu sendiri bergantung kepada sang Dzat (tidak
berdiri sendiri ), oleh karena itu Islam melarang berhenti kepada
sifat. Karena sifat itu bukan Dzat itu sendiri. dan untuk mengetahui
Dzatullah harus meninggalkan sifat-Nya (mengembalikan kepada martabat
pertama, yaitu keadaaan hakikat Tuhan yang belum ada apa-apa ) karena
sifat merupakan sesuatu yang bergantung (membutuhkan sandaran) Dan
sifat Allah itu masih bisa dirasakan oleh makhluk-Nya seperti Ar
Rahman (Pengasih) Ar Rahiem (Penyayang), Al Qawiyyu ( Kuat) sedangkan
sifat itu muncul karena persepsi sang hamba (inna dzanni abdi, Aku
tergantung persepsi hamba-hamba-KU)
Nur Muhammad artinya cahaya yang penuh pujian Tuhan. Inilah permulaan
segala sesuatu, sehingga Allah bisa disifati karena Ia Yang
Menciptakan (Al Khaliq), Yang Memelihara (Al hafidz), Yang Perkasa
(Al Jabbar), Yang Maha Kuat (Al qawwiyu), Yang Hidup (Al Hayyu) dst,
sedangkan sifat itu sendiri bergantung kepada sang Dzat (tidak
berdiri sendiri ), oleh karena itu Islam melarang berhenti kepada
sifat. Karena sifat itu bukan Dzat itu sendiri. dan untuk mengetahui
Dzatullah harus meninggalkan sifat-Nya (mengembalikan kepada martabat
pertama, yaitu keadaaan hakikat Tuhan yang belum ada apa-apa ) karena
sifat merupakan sesuatu yang bergantung (membutuhkan sandaran) Dan
sifat Allah itu masih bisa dirasakan oleh makhluk-Nya seperti Ar
Rahman (Pengasih) Ar Rahiem (Penyayang), Al Qawiyyu ( Kuat) sedangkan
sifat itu muncul karena persepsi sang hamba (inna dzanni abdi, Aku
tergantung persepsi hamba-hamba-KU)
Hal ini digambarkan oleh kaum Hindu sebagai
Trimurti (tiga sifat
Tuhan yang tidak terpisahkan), yaitu sifat Tuhan Hyang Widi Wasa,
dimana ketiga sifat itu tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya yaitu Dewa Brahma (Pencipta/ Al Khaliq), Wisnu ( Pemelihara/
Al Hafidz), Siwa ( Perusak atau pelebur/ Al Jabbar). Kaum Hindu
menyadari bahwa Tuhan yang sebenarnya tidak bisa digambarkan dengan
pikiran, tidak bisa diserupakan dengan yang lainnya, Aku berada
dimana-mana diseluruh alam semesta dalam bentuk-Ku yang tidak
terwujud (tidak bisa dibayangkan). Semua makhluk hidup berada didalam
diri-Ku(liputan-Ku) tetapi Aku tidak berada di dalam mereka (
Bhagavat Gita Sloka 9.0 ) dan tidak boleh menyembah sifatnya seperti
tercantum dalam kitab Bhagavat Gita sloka 9.25 : Yanti deva-vranta
devan pitrn yanti pitr-vantrah, bhutani yanti bhutejya , yanti mad-
yajino pimam artinya : orang yang menyembah dewa-dewa akan
dilahirkan diatara para dewa , orang yang menyembah leluhur akan
pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan
dilahirkan ditengah-tengah makhluk-makhluk seperti itu. Dan orang
yang menyembah-KU akan hidup bersama-Ku.
Tuhan yang tidak terpisahkan), yaitu sifat Tuhan Hyang Widi Wasa,
dimana ketiga sifat itu tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya yaitu Dewa Brahma (Pencipta/ Al Khaliq), Wisnu ( Pemelihara/
Al Hafidz), Siwa ( Perusak atau pelebur/ Al Jabbar). Kaum Hindu
menyadari bahwa Tuhan yang sebenarnya tidak bisa digambarkan dengan
pikiran, tidak bisa diserupakan dengan yang lainnya, Aku berada
dimana-mana diseluruh alam semesta dalam bentuk-Ku yang tidak
terwujud (tidak bisa dibayangkan). Semua makhluk hidup berada didalam
diri-Ku(liputan-Ku) tetapi Aku tidak berada di dalam mereka (
Bhagavat Gita Sloka 9.0 ) dan tidak boleh menyembah sifatnya seperti
tercantum dalam kitab Bhagavat Gita sloka 9.25 : Yanti deva-vranta
devan pitrn yanti pitr-vantrah, bhutani yanti bhutejya , yanti mad-
yajino pimam artinya : orang yang menyembah dewa-dewa akan
dilahirkan diatara para dewa , orang yang menyembah leluhur akan
pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan
dilahirkan ditengah-tengah makhluk-makhluk seperti itu. Dan orang
yang menyembah-KU akan hidup bersama-Ku.
Begitu jelas ajaran hindu melarang menyembah
dewa-dewa atau sifat-
sifat seperti Brahmana, wisnu dan siwa, akan tetapi mereka membatasi
diri terhadap sifat-sifatnya saja, mereka menyadari manusia tidak
akan pernah sampai kepada Dzat Mutlak tersebut kecuali para Guru
Suci, kaum Brahmana yang memiliki kasta lebih tinggi dari pada kaum
Sudra danVaisa
sifat seperti Brahmana, wisnu dan siwa, akan tetapi mereka membatasi
diri terhadap sifat-sifatnya saja, mereka menyadari manusia tidak
akan pernah sampai kepada Dzat Mutlak tersebut kecuali para Guru
Suci, kaum Brahmana yang memiliki kasta lebih tinggi dari pada kaum
Sudra danVaisa
Sebaliknya Islam menyempurnakannya dengan
langsung kepada Dzatullah,
tidak berhenti kepada sifat-Nya ,yaitu dengan menafikan (mengabaikan)
segala sesuatu kecuali Allah. Laa ilaaha illallah .atau laa syaiun
illallah ( tiada sesuatu kecuali Allah) juga terdapat dalam Surat
Thaha:14 innanii Ana Allah, laa ilaaha illa ANA, fabudnii ,
sesungguhnya AKU ini Allah, tidak ada Tuhan selain AKU maka sembahlah
AKU dan dirikanlah Shalat untuk Menyembah AKU !!
tidak berhenti kepada sifat-Nya ,yaitu dengan menafikan (mengabaikan)
segala sesuatu kecuali Allah. Laa ilaaha illallah .atau laa syaiun
illallah ( tiada sesuatu kecuali Allah) juga terdapat dalam Surat
Thaha:14 innanii Ana Allah, laa ilaaha illa ANA, fabudnii ,
sesungguhnya AKU ini Allah, tidak ada Tuhan selain AKU maka sembahlah
AKU dan dirikanlah Shalat untuk Menyembah AKU !!
Jelas dengan tegas bahwa Allah mengarahkan
kita untuk menyembah DZAT-
NYA bukan Nama-Nya bukan Sifat-Nya. Itulah bedanya kaum Hindu dengan
Islam. Islam tidak mengenal perantara, seperti tercantum dalam Surat
Al; Anam 79 : Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada wajah Dzat
Yang Menciptakan langit dan bumi dengan lurus, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (aku tidak melalui
perantara siapapun). Ditegaskan dalam Baghavat Gita sloka 2.61 :
orang-orang yang mengekang dan mengendalikan indriya-indriya
sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya Kepada-KU , dikenal
sebagai orang yang mempunyai kesadaran yang mantap !!
NYA bukan Nama-Nya bukan Sifat-Nya. Itulah bedanya kaum Hindu dengan
Islam. Islam tidak mengenal perantara, seperti tercantum dalam Surat
Al; Anam 79 : Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada wajah Dzat
Yang Menciptakan langit dan bumi dengan lurus, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (aku tidak melalui
perantara siapapun). Ditegaskan dalam Baghavat Gita sloka 2.61 :
orang-orang yang mengekang dan mengendalikan indriya-indriya
sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya Kepada-KU , dikenal
sebagai orang yang mempunyai kesadaran yang mantap !!
1.. Martabat tayun kedua, atau wahidiyat.
Yaitu kesatuan yang
mengandung kejamakan, tiap-tiap bagian telah jelas batas-batasnya.
Sebagai hakikat manusia. Ibarat ilmu Tuhan terhadap segala sesuatu
secara terperinci, sebagian terpisah dengan lain.
Ketiga martabat tersebut bersifat bathin dan ilahi, terjadi
semenjak dari qadim. Urutan kejadian dari ketiganya bersifat akal,
bukan perbedaan jaman. Dari ketiga martabat bathin muncullah tiga
martabat lahir.
mengandung kejamakan, tiap-tiap bagian telah jelas batas-batasnya.
Sebagai hakikat manusia. Ibarat ilmu Tuhan terhadap segala sesuatu
secara terperinci, sebagian terpisah dengan lain.
Ketiga martabat tersebut bersifat bathin dan ilahi, terjadi
semenjak dari qadim. Urutan kejadian dari ketiganya bersifat akal,
bukan perbedaan jaman. Dari ketiga martabat bathin muncullah tiga
martabat lahir.
2.. Martabat alam arwah. Merupakan aspek lahir
yang masih dalam
bentuk mujarrad dan murni.
bentuk mujarrad dan murni.
3.. Martabat alam mitsal, ibarat sesuatu yang
telah tersusun dari
bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak dapat dipisah-
pisahkan.
bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak dapat dipisah-
pisahkan.
4.. Martabat alam ajsam (tubuh) Yakni ibarat
sesuatu dalam keadaan
tersusun secara marteriil telah menerima pemisahan dan dapat dibagi-
bagi. Yaitu telah terukur tebal tipisnya.
tersusun secara marteriil telah menerima pemisahan dan dapat dibagi-
bagi. Yaitu telah terukur tebal tipisnya.
5.. Martabat Insan, mencakup segala martabat
diatasnya, sehingga
dalam manusia terkumpul tiga martabat yang sifat bathin dan tiga
martabat lahir.
dalam manusia terkumpul tiga martabat yang sifat bathin dan tiga
martabat lahir.
Kalau kita perhatikan ajaran martabat tujuh,
pada dasarnya adalah
mengungkapkan secara berurutan asal muasal kejadian manusia maupun
alam semesta. Didalam pengurutannya Syekh Muhammad Ibnu Fadhilah
menempatkan Dzat sebagai hakikat dari segala sesuatu. Karena itu Dzat
disebut sebagai la tayun tidak bisa dikenal hakikatnya. Keadaan-Nya
tidak kenal penyebutan karena segala persepsi tidak bisa
menggambarkan keadaan-Nya. Keadaan yang masih belum ada apa-apa,
masih awang uwung (ithlaq ), yang wilayah ini digambarkan oleh Al
Quran sebagai orang yang pingsan ( suatu keadaan yang di alami oleh
Nabi Musa As, lihat QS: 7:143)
mengungkapkan secara berurutan asal muasal kejadian manusia maupun
alam semesta. Didalam pengurutannya Syekh Muhammad Ibnu Fadhilah
menempatkan Dzat sebagai hakikat dari segala sesuatu. Karena itu Dzat
disebut sebagai la tayun tidak bisa dikenal hakikatnya. Keadaan-Nya
tidak kenal penyebutan karena segala persepsi tidak bisa
menggambarkan keadaan-Nya. Keadaan yang masih belum ada apa-apa,
masih awang uwung (ithlaq ), yang wilayah ini digambarkan oleh Al
Quran sebagai orang yang pingsan ( suatu keadaan yang di alami oleh
Nabi Musa As, lihat QS: 7:143)
Inilah objek yang kita tuju, bukan kepada
sifat dan Nur-Nya. Kepada
Dzat itulah kita kembali innalillahi wa inna ilaihi raajiuun, kita
memuja, bersujud, kita bergantung !!
Dzat itulah kita kembali innalillahi wa inna ilaihi raajiuun, kita
memuja, bersujud, kita bergantung !!
Kesadaran ketuhanan ini jarang sekali dipahami
masyarakat kita dengan
baik, karena sudah dihambat oleh para pengajar (ustadz), bahwa kita
tidak boleh langsung kepada Tuhan. Karena Tuhan itu suci, maka harus
melalui perantaranya, atau kita hanya sampai kepada cahaya-Nya.
Pendapat ini sering bercampur dengan ajaran hindu yang memang
mengajarkan hal serupa yaitu harus melalui birokrasi ketuhanan (
wasilah)
baik, karena sudah dihambat oleh para pengajar (ustadz), bahwa kita
tidak boleh langsung kepada Tuhan. Karena Tuhan itu suci, maka harus
melalui perantaranya, atau kita hanya sampai kepada cahaya-Nya.
Pendapat ini sering bercampur dengan ajaran hindu yang memang
mengajarkan hal serupa yaitu harus melalui birokrasi ketuhanan (
wasilah)
Oleh karena itu, apabila manusia dapat mengembangkan
kehidupan
rohaninya, sehingga dapat memperhatikan ke tujuh martabat tersebut,
maka dia akan menjadi manusia sempurna (insan kamil). Sedangkan insan
kamil yang paling tinggi dan yang paling sempurna adalah Nabi
Muhammad SAW.
rohaninya, sehingga dapat memperhatikan ke tujuh martabat tersebut,
maka dia akan menjadi manusia sempurna (insan kamil). Sedangkan insan
kamil yang paling tinggi dan yang paling sempurna adalah Nabi
Muhammad SAW.
Dasar pandangan yang terdapat pada rumusan
martabat tujuh tersebut,
adalah paham pantheisme-monoisme. Menurut Muhammad Ibn Fadhilah,
bahwa segala yang ada ini dari segi hakikat adalah Tuhan, sedangkan
dari segi yang kelihatan secara lahir bukan Tuhan. Sebagai tamsil
misalnya uap, air, es, salju dan buih, dari segi hakikat adalah air.
Akan tetapi dari wujud lahir bukan air .
adalah paham pantheisme-monoisme. Menurut Muhammad Ibn Fadhilah,
bahwa segala yang ada ini dari segi hakikat adalah Tuhan, sedangkan
dari segi yang kelihatan secara lahir bukan Tuhan. Sebagai tamsil
misalnya uap, air, es, salju dan buih, dari segi hakikat adalah air.
Akan tetapi dari wujud lahir bukan air .
Untuk sedikit memahami ajaran ini, saya akan
mengajak anda keluar
ruangan dan memperhatikan sebuah pohon kacang hijau yang baru tumbuh
(kecambah), atau pohon apa saja yang anda lihat di depan rumah anda.
Mari kita perhatikan dengan seksama !!
ruangan dan memperhatikan sebuah pohon kacang hijau yang baru tumbuh
(kecambah), atau pohon apa saja yang anda lihat di depan rumah anda.
Mari kita perhatikan dengan seksama !!
Berasal dari sebuah biji yang kecil lalu
tumbuh bergerak menjadi
batang yang tinggi, menjadi pucuk daun, menjadi ranting, menjadi
akar, lalu mati biji-biji yang lainnya akan berlaku sama seperti
itu.., kemudian anda perhatikan Bumi bergerak , bulan bergerak, atom-
atom bergerak pada aturan yang harmoni kemudian anda pandangi
seluruh alam semesta, pandangnlah dengan hening .lihatlah alam
itu .semuanya bergerak serentak dengan rencana yang baik dan
sempurna, ia tidak berdaya mengikuti kemauan yang tidak bisa
dibendung dari dalam ..mereka pasrah terhadap gerak yang Yang
menggerakkan, mereka tidak bisa menolaknya ..ada sebuah gerak yang
meliputi seluruh alam yang tidak kelihatan, yang tidak bisa dijangkau
oleh mata dan perasaan. Akan tetapi gerak itu tampak sekali dengan
jelas sehingga bumi itu bergerak, matahari bergerak, tumbuhan
bergerak, jantung kita bergerak, atom-atom bergerak. SEMUA MENGIKUTI
GERAK HAKIKI, bukan kehendak kita . lihatlah sekali lagi dengan
seksama, anda akan melihat Yang Menggerakkan, Yang Hidup, Yang Nyata
( Dhohir), Yang Tersembunyi ( Bathin), dan Dialah Yang tidak bisa
dijangkau oleh kata-kata dan sifat.
batang yang tinggi, menjadi pucuk daun, menjadi ranting, menjadi
akar, lalu mati biji-biji yang lainnya akan berlaku sama seperti
itu.., kemudian anda perhatikan Bumi bergerak , bulan bergerak, atom-
atom bergerak pada aturan yang harmoni kemudian anda pandangi
seluruh alam semesta, pandangnlah dengan hening .lihatlah alam
itu .semuanya bergerak serentak dengan rencana yang baik dan
sempurna, ia tidak berdaya mengikuti kemauan yang tidak bisa
dibendung dari dalam ..mereka pasrah terhadap gerak yang Yang
menggerakkan, mereka tidak bisa menolaknya ..ada sebuah gerak yang
meliputi seluruh alam yang tidak kelihatan, yang tidak bisa dijangkau
oleh mata dan perasaan. Akan tetapi gerak itu tampak sekali dengan
jelas sehingga bumi itu bergerak, matahari bergerak, tumbuhan
bergerak, jantung kita bergerak, atom-atom bergerak. SEMUA MENGIKUTI
GERAK HAKIKI, bukan kehendak kita . lihatlah sekali lagi dengan
seksama, anda akan melihat Yang Menggerakkan, Yang Hidup, Yang Nyata
( Dhohir), Yang Tersembunyi ( Bathin), dan Dialah Yang tidak bisa
dijangkau oleh kata-kata dan sifat.
Dan bersujudlah kepada yang Tampak itu, bukan kepada
alam semesta
yang fana, yang bergantung kepada Sang Hidup, anda akan melihat semua
alam bersujud dengan caranya masing-masing kemudian semuanya
bertasbih dengan bahasanya yang khusus .
yang fana, yang bergantung kepada Sang Hidup, anda akan melihat semua
alam bersujud dengan caranya masing-masing kemudian semuanya
bertasbih dengan bahasanya yang khusus .
Kemudian lihatlah yang menggerakkan jantung
anda, jangan lihat
jantungnya. tetapi yang menggerakkan itu, yang amat dekat itu, yang
hidup itu, yang kuasa itu, yang lebih dekat dari jantung anda
sendiri !! maha suci Engkau..maha suci Engkau..maha Suci Engkau.
jantungnya. tetapi yang menggerakkan itu, yang amat dekat itu, yang
hidup itu, yang kuasa itu, yang lebih dekat dari jantung anda
sendiri !! maha suci Engkau..maha suci Engkau..maha Suci Engkau.
(di sarankan apabila anda belum memahami hal
ini, jangan diteruskan .
saya tidak berani mengupas lebih dalam mengenai hakikat takut salah
persepsi . Atau ini cukup dijadikan wacana dan bahan renungan . akan
tetapi jika anda penasaran ingin sampai mencapai keadaan tersebut
sebaiknya di rencanakan dengan baik agar kita memulai dari yang
paling dasar dari sisi keTuhanan dan tidak sekedar main-main
mempelajari ilmu hakikat ini apalagi hanya untuk sekedar tahu )
saya tidak berani mengupas lebih dalam mengenai hakikat takut salah
persepsi . Atau ini cukup dijadikan wacana dan bahan renungan . akan
tetapi jika anda penasaran ingin sampai mencapai keadaan tersebut
sebaiknya di rencanakan dengan baik agar kita memulai dari yang
paling dasar dari sisi keTuhanan dan tidak sekedar main-main
mempelajari ilmu hakikat ini apalagi hanya untuk sekedar tahu )
Mudah-mudahan dengan bahasan ini akan
mengawali perjalanan kita lebih
baik setelah mengerti Dzat dan arah beragama kita, bukan bergejolak
dalam retorika ilmu tauhid yang tidak ada habisnya. Akan tetapi mari
kita jalani sampai memasuki hakikat yang sebenarnya !
baik setelah mengerti Dzat dan arah beragama kita, bukan bergejolak
dalam retorika ilmu tauhid yang tidak ada habisnya. Akan tetapi mari
kita jalani sampai memasuki hakikat yang sebenarnya !
Kesimpulan
Apakah di dalam ajaran tasawuf para sufi harus melalui martabat tujuh ?
Apakah di dalam ajaran tasawuf para sufi harus melalui martabat tujuh ?
Jawab:
Tidak wajib .Akan tetapi disarankan memiliki
wawasan ketuhanan yang
baik agar kita tidak mudah taqlid kepada orang yang menyelewengkan
ajaran ini. Ajaran Martabat tujuh ini baik untuk pegangan atau
referensi di dalam perjalanan menuju Tuhan. disamping ilmu-ilmu yang
lainnya sebagai pendukung.
baik agar kita tidak mudah taqlid kepada orang yang menyelewengkan
ajaran ini. Ajaran Martabat tujuh ini baik untuk pegangan atau
referensi di dalam perjalanan menuju Tuhan. disamping ilmu-ilmu yang
lainnya sebagai pendukung.
Firman Allah : Hai Manusia, sesungguhnya kamu
telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu , maka pasti kamu akan menemui-Nya.
(QS . Al Insiqaaq:6)
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu , maka pasti kamu akan menemui-Nya.
(QS . Al Insiqaaq:6)
Sejarah mencatat, pada akhir abad ke-8, muncul
aliran Wahdatul Wujud, suatu faham tentang segala wujud yang pada dasarnya
bersumber satu. Allah Taala. Allah yang menjadikan sesuatu dan Dialah ain dari
segala sesuatu. Wujud alam adalah ain wujud Allah, Allah adalah hakikat alam.
Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara wujud qadim dengan wujud baru yang
disebut dengan makhluk. Dengan kata lain, perbedaan yang kita lihat hanya pada
rupa atau ragam dari hakikat yang Esa. Sebab alam beserta manusia merupakan
aspek lahir dari suatu hakikat batin yang tunggal. Tuhan Seru Sekalian Alam Faham
wahdatul wujud mencapai puncaknya pada akhir abad ke-12. Muhyidin Ibn
Arabi,seorang sufi kelahiran Murcia, kota kecil di Spanyol pada 17 Ramadhan 560
H atau 28 Juli 1165 M adalah salah seorang tokoh utamanya pada zamannya. Dalam
bukunya yang berjudul Fusus al-Hikam yang ditulis pada 627 H atau 1229 M
tersurat dengan jelas uraian tentang faham Pantheisme (seluruh kosmos adalah
Tuhan), terjadinya alam semesta, dan keinsankamilan. Di mana faham ini muncul
dan berkembang berdasarkan perenungan fakir filsafat dan zaud (perasaan)
tasauf. Faham ini kemudian berkembang ke luar jazirah Arab, terutama berkembang
ke Tanah India yang dipelopori oleh Muhammad Ibn Fadillah, salah seorang tokoh
sufi kelahitan Gujarat (-1629M). Di dalam karangannya, kitab Tuhfah, beliau mengajukan
konsep Martabat Tujuh sebagai sarana penelaahan tentang hubungan manusia dengan
Tuhannya. Menurut Muhammad Ibn Fadillah, Allah yang bersifat gaib bisa dikenal
sesudah bertajjali melalui tujuh martabat atau sebanyak tujuh tingkatan,
sehingga tercipta alam semesta dengan segala isinya. Pengertian tajjali berarti
kebenaran yang diperlihatkan Allah melalui penyinaran atau penurunan di mana
konsep ini lahir dari suatu ajaran dalam filsafat yang disebut monisme. Yaitu
suatu faham yang memandang bahwa alam semesta beserta manusia adalah aspek
lahir dari satu hakikat tunggal. Allah Taala. Dr. Simuh dalam Mistik Islam
Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita, Suatu Studi Terhadap Serat Wirid Hidayat
Jati menyatakan; Konsep ajaran martabat tujuh mengenai penciptaan alam manusia
melalui tajjalinya Tuhan sebanyak tujuh tingkatan.. Islam mengajarkan tentang
proses Tuhan dalam penciptaan makhluknya dengan Alijad Minal Adam, berasal dari
tidak ada menjadi ada. Selanjutnya, konsep martabat tujuh di Jawa dimulai sesudah
keruntuhan Majapahit dan digantikan dengan kerajaan Demak Bintara yang
menguasai Pulau Jawa. Sedangkan awal perkembangannya, ajaran martabat tujuh di
Jawa berasal dari konsep martabat tujuh yang berkembang di Tanah Aceh terutama
yang dikembangkan oleh Hamzah Fansuri, Syamsudin Pasai (-1630) dan Abdul Rauf
(1617-1690). Lebih lanjut ditambahkan; Ajaran Syamsudin Pasai dan Abdul Rauf
kelihatan besar pengaruhnya dalam perkembangan kepustakaan Islam Kejawen.
Pengaruh Abdul Rauf berkembang melalui penyebaran ajaran tarekat Syatariyah
yang disebarkan oleh Abdul Muhyi (murid Abdul Rauf) di tanah Priangan. Ajaran
tarekat Syatariyah segera menyebar ke Cirebon dan Tegal. Dari Tegal muncul
gubahan Serat Tuhfah dalam bahasa Jawa dengan sekar macapat yang ditulis sekitar
tahun 1680. Sedangkan Buya Hamka mengemukakan bahwa faham Wahddatul Al-Wujud
yang melahirkan ajaran Martabat Tujuh muncul karena tak dibedakan atau
dipisahkan antara asyik dengan masyuknya. Dan apabila ke-Ilahi-an telah
menjelma di badan dirinya, maka tidaklah kehendak dirinya yang berlaku,
melainkan kehendak Allah. Dr. Simuh pun kembali menambahkan, dalam ajaran
martabat tujuh, Tuhan menampakkan DiriNya setelah bertajjali dalam tujuh di
mana ketujuh tingkatan tersebut dibagi dalam dua wujud. Yakni tiga aspek batin
dan empat aspek lahir. Tiga aspek batin terdiri dari Martabat Ahadiyah
(kesatuan mutlak), Martabat Wahdah (kesatuan yang mengandung kejamakan secara
ijmal keseluruhan), dan Martabat Wahadiyah (kesatuan dalam kejamakan secara
terperinci dan batas-batas setiap sesuatu). Sedangkan aspek lahir terdiri Alam
Arwah (alam nyawa dalam wujud jamak), Alam Mitsal (kesatuan dalam kejamakan
secara ijmal), Alam Ajsam (alam segala tubuh, kesatuan dalam kejamakan secara
terperinci dan batas-batasnya) dan Insan Kamil (bentuk kesempurnaan manusia).
Menanggapi hal ini, Buya Hamka mengutip dari karya Ibnu Arabi yang berjudul
Al-Futuhat al-Makkiya fi Marifa Asrar al-Malakiya (589 H atau 1201 M), bahwa
tajjalinya Allah Taala yang pertama adalah dalam alam Uluhiyah. kemudian dari
alam Uluhiyah mengalir alam Jabarut, Malakut, Mitsal, Ajsam, Arwah dan Insan
Kamil di mana yang dimaksud dengan alam Uluhiyah adalah alam yang terjadi
dengan perintah Allah tanpa perantara. Martabat Pertama, Ahadiyah Martabat
pertama adalah Martabat Ahadiyah yang diungkapkan sebagai Martabat Lataayyun,
atau al-Ama (tingkatan yang tidak diketahui). Disebut juga Al-Tanazzulat li
l-Dhat (dari alam kegelapan menuju alam terang), al-Bath (alam murni), al-Dhat
(alam zat), al-Lahut (alam ketuhanan), al-Sirf (alam keutamaan), al-Dhat
al-Mutlaq (zat kemutlakan), al-Bayad al-Mutlaq (kesucian yang mutlak), Kunh
al-Dhat (asal terbuntuknya zat), Makiyyah al-Makiyyah (inti dari segala zat),
Majhul al Nat (zat yang tak dapat disifati), Ghayb al Ghuyub (gaib dari segala
yang gaib), Wujud al-Mahad (wujud yang mutlak).
1.1
ALAM AHDAH Pada memperkatakan Alam Qaibull-Quyyub iaitu pada martabat Ahdah di
mana belum ada sifat, belum ada ada asma,belum ada afaal dan belum ada apa-apa
lagi iaitu pada Martabat LA TAKYIN, Zat UlHaki telas menegaskan untuk
memperkenalkan DiriNya dan untuk diberi tanggungjawab ini kepada manusia dan di
tajallikanNya DiriNya dari satu peringkat ke peringkat sampai zahirnya manusia
berbadan rohani dan jasmani.Adapun Martabat Ahdah ini terkandung ia di dalam
Al-Ikhlas pada ayat pertama iaitu{QulhuwallahuAhad), iaitu Sa pada Zat
semata-mata dan inilah dinamakan Martabat Zat. Pada martabat ini diri Empunya
Diri (Zat Ulhaki)Tuhan RabbulJalal adalah dengan dia semata-mata iaitu di
namakan juga Diri Sendiri. Tidak ada permulaan dan tiada akhirnya iaitu Wujud
Hakiki Lagi KhodimPada masa ini tida sifat,tida Asma dan tida Afaal dan tiada
apa-apa pun kecuali Zat Mutlak semata-mata maka berdirilah Zat itu dengan Dia
semata-mata dai dalam keadaan ini dinamakan AINUL KAFFUR dan diri zat dinamakan
Ahdah jua atau di namakan KUNNAH ZAT.
1.2
ALAM WADAH Alam Wahdah merupakan peringkat kedua dalam proses pentajalliannya
diri Empunya Diri telah mentajallikan diri ke suatu martabat sifat iaitu La Tak
Yin Sani sabit nyata yang pertama atau disebut juga martabat noktah mutlak
iaitu ada permulaannyan.Martabat ini di namakan martabat noktah mutlak atau
dipanggil juga Sifat Muhammadiah. Juga pada menyatakan martabat ini dinamakan
martabat ini Martabat Wahdah yang terkandung ia pada ayat Allahus Shomad iaitu
tempatnya Zat Allah tiada terselindung sedikit pun meliputi 7 petala langit dan
7 bumi.Pada peringkat ini Zat Allah Taala mulai bersifat. SifatNya itu adalah
sifat batin jauh dari Nyata dan boleh di umpamakan sepohon pokok besar yang
subur yang masih di dalam dalam biji , tetapi ia telah wujud,tdadak nyata,
tetapi nyata sebab itulah ia di namakan Sabit Nyata Pertama martabat La Takyin
Awwal iaitu keadaan nyata tetapi tidak nyata(wujud pada Allah) tetapi tidak
zahirMaka pada peringkat ini tuan Empunya Diri tidak lagi Berasma dan di
peringkat ini terkumpul Zat Mutlak dan Sifat Batin. Maka di saat ini tidaklah
berbau, belum ada rasa, belum nyata di dalam nyata iaitu di dalam keadaan apa
yang di kenali ROH-ADDHAFI.Pada peringkat ni sebenarnya pada Hakiki
Sifat.(Kesempurnaan Sifat) Zat Al Haq yang di tajallikannya itu telah sempurna
cukup lengkap segala-gala. Ianya terhimpunan dan tersembunyi di samping telah
zahir pada hakikinya.
1.3
ALAM WAHDIAH Pada peringkat ketiga setelah tajalli akan dirinya pada peringkat
La takyin Awal, maka Empunya Diri kepada Diri rahsia manusia ini, mentajallikan
pula diriNya ke satu martabat Asma yak ini pada martabat segala Nama dan
dinamakan martabat (Muhammad Munfasal) iaitu keadaan terhimpun lagi bercerai
cerai atau di namakan Hakikat Insan.Martabat ini terkandung ia didalam Lam
yalidd iaitu Sifat Khodim lagi Baqa, tatkala menilik wujud Allah. Pada martabat
ini keadaan tubuh diri rahsia pada masa ini telah terhimpun pada hakikinya Zat,
Sifat Batin dan Asma Batin.Apa yang dikatakan berhimpun lagi bercerai-cerai
kerana pada peringkat ini sudah dapat di tentukan bangsa masing masing tetapi
pada masa ini ianya belum zahir lagi di dalam Ilmu Allah Iaitu dalam keadaan
Ainul Sabithaah. Ertinya sesuatu keadaan yang tetap dalam rahsia Allah, belum
terzahir, malah untuk mencium baunya pun belum dapat lagi.Dinamakan juga
martabat ini wujud Ardhofi dan martabat wujud Am kerana wujud di dalam sekelian
bangsa dan wujudnya bersandarkan Zat Allah Dan Ilmu Allah.Pada peringkat ini
juga telah terbentuk diri rahsia Allah dalam hakiki dalam batin iaitu bolehlah
dikatakan juga roh di dalam roh iaitu pada menyatakan Nyata tetapi Tetap Tidak
Nyata.
1.4 ALAM ROH Pada peringkat ke empat di dalam
Empunya Diri, Dia menyatakan, mengolahkan diriNya untuk membentuk satu batang
tubuh halus yang dinamaka roh. Jadi pada peringkat ini dinamakan Martabat Roh
pada Alam Roh.Tubuh ini merupakan tubuh batin hakiki manusia dimana batin ini
sudah nyata Zatnya, Sifatnya dan Afaalnya.Ianya menjadi sempurna, cukup lengkap
seluruh anggota anggota batinnya, tida cacat, tiada cela dan keadaan ini
dinamakan (Alam Khorijah) iaitu Nyata lagi zahir pada hakiki daripada Ilmu
Allah. Tubuh ini dinamakan ia Jisim Latiff iaitu satu batang tubuh yang liut lagi
halus. Ianya tidak akan mengalami cacat cela dan tidak mengalami suka, duka,
sakit, menangis,asyik dan hancur binasa dan inilah yang dinamakan
KholidTullah.Pada martabat ini terkandung ia di dalam Walam Yalidd. Dan
berdirilah ia dengan diri tajalli Allah dan hiduplah ia buat selama-lamanya.
Inilah yang dinamakan keadaan Tubuh Hakikat Insan yang mempunyai awal tiada
kesudahannya, dialah yang sebenarnyanya dinamakan Diri Nyata Hakiki Rahsia
Allah dalam Diri Manusia.
1.5
ALAM MISAL Alam Misal adalah peringkat ke lima dalam proses pentajallian
Empunya Diri dalam menyatakan rahsia diriNya untuk di tanggung oleh manusia.
Untuk menyatakan dirinya Allah S.W.T., terus menyatakan diriNya melalui diri
rahsiaNya dengan lebih nyata dengan membawa diri rahsiaNya untuk di kandung
pula oleh bapa iaitu dinamakan Alam Misal.Untuk menjelaskan lagi Alam Misal ini
adalah dimana unsur rohani iaitu diri rahsia Allah belum bercamtum dengan badan
kebendaan.Alam misal jenis ini berada di Alam Malakut. Ia merupakan peralihan
daripada alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam
Misal di mana proses peryataan ini ,pengujudan Allah pada martabat ini belum
zahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata.Diri rahsia Allah pada martabat Wujud
Allah ini mulai di tajallikan kepada ubun ubun bapa, iaitu permidahan dari alam
roh ke alam Bapa (misal).Alam Misal ini terkandung ia di dalam Walam yakullahu
dalam surah Al-Ikhlas iaitu dalam keadaan tidak boleh di bagaikan. Dan
seterusnya menjadi DI, Wadi, Mani yang kemudiannya di salurkan ke satu tempat
yang bersekutu di antara diri rahsia batin (roh) dengan diri kasar Hakiki di
dalam tempat yang dinamakan rahim ibu.Maka terbentuklah apa yang di katakan
Maknikam ketika berlakunya bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan
(Ibu dan Bapa)Perlu diingat tubuh rahsia pada masa ini tetap hidup sebagaimana
awalnya tetapi di dalam keadaan rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi
zahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.
1.6 ALAM AJSAM Pada peringkat ke enam, selepas
sahaja rahsia diri Allah pada Alam Misal yang di kandung oleh bapa , maka
berpindah pula diri rahsia ini melalui Mani Bapa ke dalam Rahim Ibu dan inilah
dinamakan Alam Ijsan.Pada martabat ini dinamakan ia pada martabat InssanulKamil
iaitu batang diri rahsia Allah telahpun diKamilkan dengan kata diri manusia,
dan akhirnya ia menjadi KamilulKamil. Iaitu menjadi satu pada zahirnya
kedua-dua badan rohani dan jasmani. dan kemudian lahirlah seoarang insan
melalui faraj ibu dan sesungguhnya martabat kanak kanak yang baru dilahirkan
itu adalah yang paling suci yang dinamakan InnsanulKamil.Pada martabat ini
terkandung ia di dalam Kuffuan iaitu bersekutu dalam keadaan KamilulKamil dan
nyawa pun di masukkan dalam tubuh manusia.Selepas cukup tempuhnya dan ketikanya
maka diri rahsia Allah yang menjadi KamilulKamil itu di lahirkan dari perut
ibunya, maka di saat ini sampailah ia Martabat Alam Insan.
1.7
ALAM INSAN Pada alam ke tujuh iaitu alam Insan ini terkandung ia di dalam Ahad
iaitu sa (satu). Di dalam keadaan ini, maka berkumpullah seluruh proses
pengujudan dan peryataan diri rahsia Allah S.W.T. di dalam tubuh badan Insan
yang mulai bernafas dan di lahirkan ke Alam Maya yang Fana ini.Maka pada alam
Insan ini dapatlah di katakan satu alam yang mengumpul seluruh proses pentajallian
diri rahsia Allah dan pengumpulan seluruh alam-alam yang di tempuhi dari satu
peringkat ke satu peringkat dan dari satu martbat ke satu martabat.Oleh kerana
ia merupakan satu perkumpulan seluruh alam alam lain, maka mulai alam maya yang
fana ini, bermulalah tugas manusia untuk menggembalikan balik diri rahsia Allah
itu kepada Tuan Empunya Diri dan proses penyerahan kembali rahsia Allah ini
hendaklah bermulah dari alam Maya ini lantaran itu persiapan untuk balik
kembali asalnya mula kembali mu semula hendaklah disegerakan tanpa berlengah
lengah lagi.
NEGERI
MARTABAT TUJUH
Alunan syair Kabanti terdengar dari rumah La
Mutadi di dekat kawasan benteng Keraton Wolio, Kota Bau-Bau, Pulau Buton. Syair
ini adalah salah satu bentuk tradisi lisan di Pulau Buton yang berisikan
nasihat dan ajaran kehidupan. Makna lebih dalam dari syair berbahasa Wolio ini
umumnya berupa petikan ajaran tasawuf yang diwariskan para leluhur.
Di masa silam, Pulau Buton dikuasai raja
Hindu.
Raja pertamanya
bernama I Wa Kaa Kaa. Saat itu Pulau Buton telah menjadi catatan penting dalam
sejarah pelayaran Nusantara. Ini dibuktikan dengan tertulisnya nama Buton dalam
Kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca. “Nama Islam I Wa Kaa Kaa adalah
Zamzabiyah,” kata sejarahwan, La Ode M. Anshari Idris.
Sejarah kemudian menggulirkan cerita baru
ketika seorang ahli tasawuf asal Gujarat, Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman
Al Fathani singgah di Pulau Buton. Dia berhasil mengislamkan raja ke enam Buton
dan timbang timbangan atau lakilapotan atau halu oleo serta segenap
keluarganya.
Menurut La Ode Muchir Raaziki, tidak hanya
itu, Syekh Abdul Wahid juga berhasil mengubah tatanan pemerintahan di pulau ini
dari kerajaan menjadi kesultanan. Sang raja pun akhirnya berganti nama menjadi
Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul.
La Ode Muchir Raaziki adalah ahli tasawuf dan
juga mantan imamu Masjid Agung Benteng Keraton Wolio. Sebagai imam dia tentu
saja memahami sejarah dan perkembangan ajaran tasawuf warisan para leluhurnya.
Dahulu La Ode seakan menjadi pengawal kehidupan jasmani dan rohani di
lingkungan benteng Keraton Wolio. “Mereka memang mengayomi seluruh negeri
bersama kesultanan,” ujar La Ode Muchir.
Salat Jum’at adalah momen yang selalu
dimanfaatkan para syara atau pengurus agama di lingkungan benteng Keraton Wolio
untuk bertemu dengan jamaah masjid terutama warga di lingkungan benteng. Dahulu
masjid ini menjadi tempat pertemuan Sultan dan perangkat adat dengan rakyat.
Karena itu di bagian depan masjid terdapat dua
ruang. Satu ruangan untuk Sultan dan satu lagi untuk Sultan Batin atau lakina
agama. Setelah Kesultanan Buton berakhir masjid hanya memiliki lakina agama,
imamu masjid, dan para pengurus lainnya.
Panggilan ketiga beduk telah terdengar tanda
waktu salat Jum’at telah tiba. Di bale depan, imamu masjid masih berzikir untuk
mendapatkan petunjuk dari yang Maha Hidup. Tata cara seperti ini sudah
dilakukan sejak ratusan tahun silam. Imamu masjid benar-benar mempersiapkan
diri dan batinnya sebelum berhadapan dengan jamaahnya.
La Ode M. Anshari Idris menambahkan, adat
istiadat di Buton merupakan perkawinan agama dan budaya. Agama menjadi rohani
yang mengisi kehidupan warga dan budaya menjadi jasmaninya. Contoh nyata
perkawinan agama dan budaya itu adalah upacara adat pernikahan.
Seluruh rangkaian upacara dilakuan dalam
bahasa Wolio. Bahasa yang merangkum sekitar 100 bahasa lokal. Pembacaan doa
dilakukan secara khusyuk persis yang biasa dilakukan kalangan sufi ketika
mereka memohon kepada yang Maha Perkasa.
Buah terindah dari bibit ajaran tasawuf yang
ditanamkan oleh Syekh Abdul Wahid dan Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul adalah
Undang-undang Dasar Martabat Tujuh. Undang-undang ini dirancang oleh Sultan
Dayanu Ikhsanuddin. “Keberadaan manusia adalah karena ciptaan Tuhan. Ada yang
namanya alam ketuhanan dan ada alam kehambaan,” tutur La Ode Muchir Raaziki.
Kekayaan ajaran tasawuf juga diperlihatkan
manuskrip-manuskrip kuno yang disimpan di rumah Muzaji Mulki di kawasan benteng
Keraton Wolio. Dalam manuskrip bertuliskan huruf arab gundul dan melayu ini
disampaikan berbagai ajaran tasawuf dari para Sultan. Bahasa melayu muncul
dalam manuskrip karena Syekh Abdul Wahid lama bermukim di Johor, Malaysia.
Selain itu para penyebar Islam di Pulau Buton juga umumnya berasal dari Negeri
Jiran.
Namun harus diakui Undang-undang Dasar
Martabat Tujuh adalah karya Kesultanan Buton yang paling fenomenal. Ini karena
kesultanan telah menempatkan ajaran tasawuf sebagai pijakan utama. Sehingga
mereka bukan lagi berada dalam wilayah syariat seperti yang kini ramai diterapkan
di berbagai daerah. Namun, justru berada di derajat yang lebih tinggi, yakni
tarekat.
Saat pelaksanaan salat Jum’at semakin dekat.
Setelah melaksanakan shalat tahiyatul masjid, imamu masjid langsung memasuki
mihrab. Salat Jum’at pun segera dimulai. Khotbah salah seorang syara agama
merupakan momen pembekalan batin.
Warga Pulau Buton percaya doa dan harapan yang
disampaikan khatib akan membuahkan keselamatan bagi para jamaah karena setiap
musibah yang dialami warga di pekan depan biasanya akan menjadi kesalahan sang
khatib.
Pemahaman itu telah mereka yakini sejak masa
kesultanan berjaya. Karena itu seorang Sultan tak lagi sekadar pemimpin
pemerintahan tapi menyerupai seorang wali yang diutus oleh yang Maha Raja.
Dengan begitu Undang-undang Dasar Martabat Tujuh pun menjadi pedoman nyata bagi
Sultan dan rakyatnya.
Berdasarkan
peraturan tertinggi ini mereka membangun kehidupan yang sangat demokratis dan
bertanggungjawab. Bahkan, jabatan Sultan pun bukan dicapai karena trah semata
tapi dipilih karena akhlaknya oleh anggota dewan yang disebut Patalimbona.
Karena itu seorang Sultan bisa dilengserkan bila terbukti melakukan kesalahan.
Kejayaan
Kesultanan Buton telah lama berakhir. Undang-undang Dasar Martabat Tujuh pun
hanyalah catatan sejarah masa silam. Entah dengan falsafah hidup masyarakat
yang menjunjung tinggi masalah agama di atas pemerintah, negara, dan diri
pribadi. Inilah Negeri Martabat Tujuh yang senantiasa mengagungkan tasawuf dan
para khalifahnya
CERMIN
MARTABAT TUJUH
Ajaran ini merupakan ajaran yang
diterapkan oleh kebanyakan kaum sufi mulai dari Al Hallaj, Ibnu Arabi, Syeh
Siti Jenar, Syeh Abdul Qadir Jaelani, dll. Menurut sebagian orang, ilmu ini
termasuk sesat hehehe. Its OK, namanya juga beda pendapat.
Penganut ajaran martabat
7 ini, terkenal dengan sebutan tasawuf falsafi. Ada 2 macam jenis tasawuf,
menurut pengetahuan saya lho. Ada 2 jenis yaitu tasawuf sunni dan tasawuf
falsafi. Tasawuf sunni dipelopori oleh Al Ghazali, sedangkan yang falsafi
dipelopori oleh Ibnu Arabi.
Sebenarnya
inti ajaran martabat tujuh ini menyangkut proses asal kejadian.
Berikut ini tahapannya :
1. ahadiyyah : dzatNya
2. wahdah : hakikat muhammad, sifatullah
3. wahidiyyah : hakikat insan, asmaullah, ruhul qudus
2. wahdah : hakikat muhammad, sifatullah
3. wahidiyyah : hakikat insan, asmaullah, ruhul qudus
1,2,3 (’anniyatNya) …
qadim/tanpa permulaan, baqa/kekal.
4. alam arwah : hakikat segala nyawa, ruhul hayah
5. alam mitsal : hakikat segala rupa
6. alam ajsam : hakikat segala tubuh
7. alam insan : hakikat segala manusia
5. alam mitsal : hakikat segala rupa
6. alam ajsam : hakikat segala tubuh
7. alam insan : hakikat segala manusia
4,5,6,7 (’anniyat
makhluk) … muhdats, fana
Dasar pandangan yang terdapat pada rumusan martabat
tujuh tersebut, adalah paham pantheisme-monoisme.
Bahwa segala yang ada ini dari segi hakikat adalah Tuhan, sedangkan dari segi
yang kelihatan secara lahir bukan Tuhan. Sebagai perumpamaan misalnya uap, es,
salju dan buih, dari segi hakikat adalah air. Akan tetapi dari wujud lahir
bukan air .
Yang saya coba bahas ini
urutan 1,2,3 … karena ini yang kekal. Sebenarnya urutan 1,2,3 ini selalu kita
baca tiap sholat maupun tiap selesai sholat, namun kita kurang menyadarinya.
* Coba perhatkan, tiap melaksanakan sholat.
Kita selalu membaca
surat Al Fatihah. Ayat 1 menjelaskan tentang Dzatnya. Ayat 2 menjelaskan
tentang SifatNya. Ayat 3 dan 4 menjelaskan tentang AsmaNya. Ayat ke 5,6,7
menjelaskan tentang Af’alNya.
Dzat, Sifat, Asma, dan
Af’al merupakan sesuatu yang Esa, yang tunggal. Jadi inti Al Fatihah ini
merupakan tauhid. Jalan menujuNya. Jalan yang dilalui itu sekarang dan saat
ini, bukan nanti.
* Coba perhatikan, tiap selesai sholat …. Pertama-tama yang
kita baca adalah :
Astaghfirullah … dzikir permohonan ampun atas segala dosa yang kita
lakukan. Tujuannya supaya kita merasa tentram, merasa dosa telah diampuni,
hatipun terasa suci
Subhanallah … Maha Suci Allah. Yang perlu kita sadari dengan
mengucap ini, maka kita dituntut untuk mensucikan af’al kita. Misalnya kita
shadaqah, akan tetapi jika kita merasa bahwa kita yang berbuat baik tsb,
berarti af’al kita belum suci.
Setelah melalui latihan panjang, apabila af’al
(perbuatan) kita telah suci, kita akan merasakan Yang Maha Suci, yaitu Ruhul Qudus.
Ruhul Qudus yang ada di dalam diri kita. Dalam istilah tasawuf, “selet kodok”telah terbuka.
Bukti bahwa Ruhul Qudus terbuka, kita bisa berhubungan dengan alam ghaib misal
lewat mimpi, dll
Alhamdulillah … Segala Puji BagiNya. Sebenarnya ini merupakan pujian
kepada hakikat Muhammad yang ada di tiap diri manusia. Hakikat Muhammad ini
merupakan SifatNya. Kalau udah sampai tahap ini, kita akan memiliki kekuatan
adi kodrati.
Allahhu Akbar … Allah Maha Besar. Ini merupakan pujian kepada
DzatNya, yang tidak serupa dengan apapun juga.
Jadi jalan untuk
mengenalNya harus melalui proses dari bawah, yaitu Af’al – Asma – Sifat – Dzat.
Namun ada juga yang mengenalNya langsung dari Dzat – Sifat – Asma – Af’al,
cuman ya orang2 pilihan saja, misal nabi, dll. Lha kalau macam kita orang, ya
lewat bawah lah … hehehe.
Untuk lebih gampangnya,
ada perumpamaan tentang Dzat Sifat Asma Af’al.
Contoh :
Dzat Angin … siapa yang tahu ??? hehehe
Sifat Angin … bergerak, berhembus
Asma Angin … Angin ribut, Angin Topan, Angin Leysus (koyok pelawak ae …hehehe)
Af’al Angin … badai
Sifat Angin … bergerak, berhembus
Asma Angin … Angin ribut, Angin Topan, Angin Leysus (koyok pelawak ae …hehehe)
Af’al Angin … badai
Dzat Api … siapa yang tahu ???
Sifat Api … membakar, panas
Asma Api … Api asmara, dll hehehe
Af’al Api … kebakaran, dll
Sifat Api … membakar, panas
Asma Api … Api asmara, dll hehehe
Af’al Api … kebakaran, dll
Dzat Air … siapa yang tahu ???
Sifat Air … mengalir dari tempat tinggi ke rendah, dingin, segar
Asma Air … Aqua, Air Bersih, dll hehehe
Af’al Air … Banjir
Sifat Air … mengalir dari tempat tinggi ke rendah, dingin, segar
Asma Air … Aqua, Air Bersih, dll hehehe
Af’al Air … Banjir
Sedangkan dalam diri manusia …
Dzat = Hidup
Sifat = Rahsa
Asma = Si Penyayang, Si Pengasih, dll
Af’al = memberi, mencintai, dll
Dzat = Hidup
Sifat = Rahsa
Asma = Si Penyayang, Si Pengasih, dll
Af’al = memberi, mencintai, dll
MEMPERSEMBAHKAN TUJUH (7) MARTABAT ALAM
Mengenai
martabat pengwujudan diri rahsia Allah S.W.T atau di kenali juga Martabat
Tujuh, itu terbahagi ia kepada 7 Alam;
Ke tujuh-tujuh martabat
atau alam ini terkandung ia di dalam surah -Al Ikhlas..
Qulhuwallahu
Ahad – Ahdah
Allahushomad – Wahdah
Lamyalidd – Wahidiah
Walamyuladd – Alam Roh
Walamyakullahu – Alam Mithal
Kuffuan – Alam Ijsam
Ahad – Alam Insan
Allahushomad – Wahdah
Lamyalidd – Wahidiah
Walamyuladd – Alam Roh
Walamyakullahu – Alam Mithal
Kuffuan – Alam Ijsam
Ahad – Alam Insan
Seperti
FirmanNya lagi dalam Al- Quran:
“Setelah diketahui demikian maka tidaklah patut disamakan Allah Tuhan yang berkuasa mengawas tiap-tiap diri dan mengetahui akan apa yang telah diusahakan oleh diri-diri itu, (dengan makhluk yang tidak bersifat demikian). Dalam pada itu, mereka yang kafir telah menjadikan beberapa makhluk sebagai sekutu bagi Allah.”
“Setelah diketahui demikian maka tidaklah patut disamakan Allah Tuhan yang berkuasa mengawas tiap-tiap diri dan mengetahui akan apa yang telah diusahakan oleh diri-diri itu, (dengan makhluk yang tidak bersifat demikian). Dalam pada itu, mereka yang kafir telah menjadikan beberapa makhluk sebagai sekutu bagi Allah.”
Maka kita yang beriman pada Allah dan Rasullullah serta Hari Kiamat, percaya bahawasanya Alam- Alam yang ada ini dengan nama Dunia, Buana, Maya Pada, adalah dijadikan Allah Maha Esa. Demikian juga penghuni tiap- tiap Alam itu, serta apa jua pada tiap- tiap Alam itu. Kewajipan kita sebagai seorang Muslim sekurang- kurangnya mengetahui tujuh Alam.
1. ALAM
LAHUT (LATAIN/AHADIAH)
Adapun
Alam Lahut itu adalah mertabat Latain ertinya tidak ada kenyataan, maka
dinamakan Alam Lahut itu ialah Isma’ Zat, ertinya Isma’ Zat Allah Taala Zat
yang belum bernama Allah, hanya dengan bernama Zat Ahadiah
Di
dalam mertabat Alam Lahut, Isma’ Zat yang Maha Suci itu adalah tujuh Isma’nya
iaitu:-
1.HU ertinya
Zat Tuhan yang Esa semata- mata
2. GHAIBUL
GHUYUB ertinya, tidak ada berpihak dan tiada bertempat, tiada Ia diatas,
di bawah, di kiri, di kanan, di hadapan dan di belakang.
3. AHADIAH ertinya
daripada pihak yang tidak sampai kepada penhenalan para- para Nabi, apa lagi
yang lain daripada Nabi- nabi, yang mengetahui hanya dia.
4. GHAIBUL
HAWIAH ertinya, daripada pihak Ia tiada berzat, berisma’ dan berakal
seperti manusia.
5. UJUDUL
MUTLAK ertinya tiada segala yang Hakiki hanya DIA
6. ABADAN
ABADA ertinya tiada siapa yang mengetahui Ujudnya sesuatu jua pun
7. LATAIN ertinya
tiada dapat difikirkan oleh akal, Makrifat orang- orang yang Arifin Billah.
Alam Lahut pada mertabat Latain, DIAlah ZATUL, MUTLAK yang tiada bercerai dan
tiada berhimpun, semata- mata DIA, belum lagi bernama ALLAH, kerana belum ada
NUR MUHAMMAD SAW. Berkenaan dengan ILMU TAJALI Alam Lahut tidak ada Ilmu pada
Nur Muhammad, hanya DIA yang terjali semata- mata.
8. MARTABAT
ITHLAQ ertinya ghaib yang sepenuhnya
9. ZATUL
BUHTI ertinya zat semata-mata
10. GAHIBUL
MUTLAK ertinya gahib yang sepenuhnya
11.
‘ZIHIN’ ertinya tatkala sunyi ia daripada sesuatu
12. ALAM
SIRR ertinya rahsia Allah
2. ALAM
JABARUT (TAIN AWAL/WAHDAH/HAKIKAT MUHAMMADIIAH/KENYATAAN PERTAMA)
Adapun
Alam Jabarut adalah di dalam martabat Tain Awal ertinya kenyataan yang pertama
atau kecintaan yang pertama, maka di dalam martabat Tain Awal itu Tuhan
bernama:-
1.
WAHDAH
2.
AGHNAGHUL MUTLAK
3.
UJUD AM YA
4.
UJUD DOA
5.
NUR ALLAH
6.
NURUL AHADIAH
7.
NUR SYAKSANI
Dinamakan
Isma’ Sifat Tuhan yang bernama ALLAH TAALA atau WAHDAH ertinya KASRAH. Erti
KASRAH itu Huruf, Erti Huruf itu Isma.
Dinamakan HAKIKAT
MUHAMMDIYAH iaitu sifat Allah bersama zat Allah, Zat Allah menjadi
hakikatnya. Zat yang berdiri pada Zat Allah yang menjadi hakikatnya.
Dinamakan UMMUL
KITAB iaitu Ibu Kitab.
Dinamakan AN-NUN yakni
bukan tinta yang di dalam tintanya segala huruf. Rupa hakikat-hakikat segala
sesuatu adalh maujud secara ijmali
Dinamakan AN-NUAT ertinya
bijih benih yang di dalamnya terhimpun secara umum sautu pokok bersama batang,
dahan, daun-daun sebagai perbandingan hakikat segala sesuatu.
Dinamakan NUQTHAH ertinya
titik yang satu, Ia adalah asal segala huruf. Ia juga menerima dan mengandung
segala huruf yang hendak disuratakan.
Juga
dinamakan degan NURULLAH, NURL AHADIAH, HAKIKAT ROH, ROH IZAPI, NYAWA
MUHAMAD, NYAWA ROHANI, HATI LATIFUL KALBU,TITIK IALAH BA.
Di
kala Alam Jabarut itu nyatalah Nur Muhammad yang dijadikan Allah Taala daripada
NUR ZAT ALLAH. Maka di kata itu ada NAFI dan ITHBAT dan berhimpun tiada
bercerai.
3.
ALAM MALAKUT (TAIN TSANI/WAHIDIAH/A’YAN TSABITAH/KENYATAAN KEDUA)
Adapun
Alam Malakut itu adalah pada mertabat Tain Sani ertinya kenyataan yang kedua,
maka dinamakan ISMUL ASMA’ Tuhan bernama WAHADIAH. Dinamakan Wahadiah itu ialah
ZATUL AHADIAH MAUSUP SIFATUL WAHDAH.
Tatkala
Tain Sani Tuhan bernama:
1.
WAHIDIAH
2.
ALLAH
3.
RAHMAN
4.
RAHIM
5.
BISMILLAHIRAHMANIRAHIM
6.
ZATUL MA’BUD
7.
LAILAHAILLAH Muhammad masa itu di dalam A’YAN SABITAH.
Dinamakan A’YAN
TSABITAH ertinya
-
Benda-benda yang wujud sebelum dari wujudnya pada luar.
-Tiada
di sana itu melainkan zatnya dan segala sifatnya yang qadim juga, iaitu yang
belum keluar lagi daripada kalimah “KUN”
-
Ia tiada mencium bau wujud sekali-kali “kai-nun” iaitu tiap-tiap adanya itu
wujud berkekalan seperti sedia ada jua.
-
Benda-benda yang wujud sebelum dari wujudnya pada luar.
Dinamakan AL
KANZUL MAKHFI ertinya perbendaharaan yang tersembunyi
Dinamakan AL-‘AMA ertinya
yang kelam atau gelap
Dinamakan ALAM
HAKIKAT, ROHANI, NYAWA ADAM, ALAM QALBI, ALAM AKHIRAH, ALAM INSAN BATIN, ALAM
KAYANGAN
Maka
jadilah ROHANI yang dinamakan nyawa Adam, nyawa kita. Maka nyawa kita yang
belum bertubuh dengan nama ROHANIUN. Maka Rohani itulah yang mendoakan jasadnya
yang menjadi ADAM, maka jadilah Adam Awal. Di kala Tain Sani ada Nafi dan
Isbat, berhimpun dan bercerai, kerana itu Tuhan jadikan ALAM ROH daripada Alam
Malakut.
Maka
daripada Alam Malakut itu turunlah:-
a.
ALAM ROH
b.
ALAM MISAL
c.
ALAM AJSAM
d.
ALAM INSAN
Adapun
Rohani itu Afaal Muhammad, adapun Ayan Sabitah itu Isma Muhamad, adapun Insan
itu Sifat Muhammad, adapun Zatul Muqid itu Zat Muhammad. Maka semua yang
tersebut itu adalah baharu. Maka daripada Afaal Muhammad itu jadilah Pohon
Dunia ini, maka dunia ini, maka dunia ini untuk tempat Roh- roh berjasad dengan
lembaganya yang berupa manusia iaitu Adam. Dunia dijadikan supaya semua Rohani-
rohani (Rohaniun) yang telah ada itu, yang di dalam Alam Roh itu supaya dapat
turun ke dunia dan mempunyai tubuh yang dinamakan lembaga manusia dan dengan
tubuhnya itu yang dinamakan jasad itu, dapatlah Rohani mengerjakan ibadat dn
tugas- tugasnya kepada Allah Taala sebagaimana yang diikrarnya, sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Firman:- “Adakah tidak aku ini Tuhan kamu, berkata
mereka Bala Syahiduna.”
4.
ALAM ROH (ARWAH/TAIN TSALASA/NUR MUHAMMAD)
Dinamakan NUR
MUHAMMAD dan sekalian roh yang keluar driapanya itu yang berkekalan
menajdi alam luaran iaitu daripada Nur Muhammad menerusi perkataan “KUN” maka
jadilah:
Arsyur
Rahman Alam ghaib lagi ghaib
Arsyur
Azim
Arsyur
Karim Alam ghaib
Al
Kursi A’azam Alam Nyata
Jabal
Qaf
7
lapis bumi
7
lapis langit
Segala
galaksi
Bumi
Kita
Dinamakan ALAM
ARWAH atau ROH yakni arwah segala ambiya, mursalin dan segala mu’min
Dinamakan
ASHLUL ARWAH iaitu Mazh harul atam , Jadi “Khatamun nabiyin wa syaidul mursalin
wa rahmatul lil alamin”
Dinamakan
ALAM SUNYI daripada bergantung dengan tabiat lagi basith.
Dinamakan
juga CAHAYA MUHAMMAD , ALAM NYAWA, MARTABAT WUJUDIAH, Alama di bawah kalimat
“KUN”, Pemerintah Alam Saghir dan Alam Kabir, TAIN TSALASA, ALAM ROH, NYAWA
KITA.
Adapun
Alam Roh lebih dahulu dijadikan Allah daripada Dunia yang fana ini. Adapun
Dunia ini adalah ibarat layar putih dan pentas kepada Rohaniun itu yang datang
ke dunia menjalankan tugas dan peranan masing- masing, yang jadi seniman dengan
lakunnya.
Keranan
adanya Rohani, maka adanya JAWAHIR BASIT iaitu :-
a.
FUAD
b.
KALBUN
c.
LABBIN
d.
SUDUR
e.
KABAD
f.
SAUDA’
g.
SYIFAP
Maka
semuanya itu adalah hal Roh, maka jadilah:-
a.
berperang Sabil dengan nafsunya yang jahat
b.
membuat Ahsan
c.
melakukan Mujahidah masing- masing dengan tempat atau makamnya,
maka
dengan itu maka adanya jalan nafsu itu dua iaitu:-
a.
jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari
b.
jalan nafsu yang bernama Hati Nurani maka Roh- roh yang taat pada sisi
Tuhan,
setelah berganti dengan nama nyawa kerana ada mempunyai jasad masing- masing
maka
jadilah
Roh itu tiga mertabat iaitu:-
a.
martabat Amar Rabbi
b.
martabat Hati Nurani
c.
martabat Ubudiah
mana-
mana Roh yang tidak taat setelah ada mempunyai jasad masing- masing itu, maka
jadilah tiga mertabat iaitu:-
a.
Bangsa haiwan
b.
Dinamakan bangsa syaitan
c.
Dinamakan bangsa hati sanubari
Maka
Alam Roh itu adalah Alam Ghaib. Ia lebih adanya daripada Dunia yang luas ini,
di sanalah nyawa manusia yang sebelum bertubuh telah ada. Setelah 125 tahun Nur
Nabi Muhammad itu telah wujud dan semua nyawa- nyawa manusia itu di kenal
dengan nama Roh, tetapi mertabat Roh dewasa itu seperti mertabat binatang,
kerana tidak menanggung tugas dan tanggungjawab. Hanya setelah ia berjasad dan
hidup di dalam dunia ini masing- masing mempunyai tugas, maka baharulah ada
darjat masing- masing di sisi Tuhan dan nyawa itu tidak lagi dinamakan Roh,
hanya apabila jasad itu mati ia akan berpulang mengadap Allah Taala dengan nama
Roh, iaitu Diri atau Jiwa.
Dengan
nama Roh ia dikenal dengan nama Rohani Pulan bin Pulan tertulis kepadanya.
Dengan nama jiwa ia di kenal dengan nama jiwa, umpamanya:-
a.
Jiwa Amarah
b.
Jiwa Lawamah
c.
Jiwa Sawiah
d.
Jiwa Natikah
e.
Jiwa Mulhammah
f.
Jiwa Mutmainnah
Maka
pada jiwa itulah tertulis namanya Pulan bin Pulan, senang atau susah, bahagia
atau celaka, menurut amal dan fielnya di dalam dunia ini menurut kadar ‘atikad-
atikadnya dan Tauhidnya serta makrifatnya kepada Tuhan yang Maha Esa.
5.
ALAM MISAL
Alam
segala rupa, penceraian Roh Muhammadiah.Alam segala warna. Alam Khayal. Alam
ARDHUS SIMSIMAH, ARDHUL HAQIQAH.
Dinamakan ALAM
MISAL-MAKHLUK iaitu Roh Alui yang suci- ruhul qudus dan
Jisim
haiwan – lahir maqam di jantung
Jisim
Mujadi – lahir di hati
Jisim
Nabati – lahir di hati
Jisim
Insani – lahir di otak.
Di
dalam Alam Misal maka Roh Muhammadiah bercerailah dengan Roh- roh yang lain
yang berbagai nama, tetapi pada mulanya dinamakan Rohaniun (Rohani-
rohani).maka semua Rohaniun itu berasal daripada Roh Muhammad Rasulullah SAW.
Kerana
itulah asas dan dasar Ilmu Rohani wajib beriman:-
a.
pada Allah Taala
b.
pada Nabi Muhammad SAW
c.
pada hari qiamat yang akan datang
jika
tidak berpegang kepada asas yang tiga itu, bukanlah Rohaniah daripada orang-
orang Mukmin atau orang- orang Islam. Daripada Roh Muhammad itulah jadi Roh
seseorang, yang jadi nyawa seseorang, yang jadi hati seseorang, tetapi ia telah
bercerai di dalam mertabat Alam Misal. Segala roh- roh itu ialah jadi kata
bidalan “Ulat lupakan daun”. Nyawa- nyawa manusia yang bukan alim dalam Ilmu
Ketuhanan, hanya melakukan kehendak jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari
dengan syahwatnya dan jiwa raga yang memandang zahir alam ini semata- mata
ibarat
sesuatu yang telah tersusun dari bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus,
tidak dapat dipisah-pisahkan.
Alam
Misal adalah peringkat kelima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam
menyatakan rahsia diriNya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan
dirinya Allah S.W.T., terus menyatakan diriNya melalui diri rahsiaNya dengan
lebih nyata dengan membawa diri rahsiaNya untuk di kandung pula oleh bapa iaitu
dinamakan Alam Mithal.
Untuk menjelaskan lagi Alam Mithal ini adalah dimana unsur rohani iaitu diri rahsia Allah belum bercantum dengan badan kebendaan. Alam mithal jenis ini berada di Alam Malakut. Ia merupakan peralihan daripada alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Mithal di mana proses peryataan ini, pengujudan Allah pada martabat ini belum zahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata.
Diri rahsia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan kepada ubun-ubun bapa, iaitu perpindahan dari alam roh ke alam Bapa (mithal).
Untuk menjelaskan lagi Alam Mithal ini adalah dimana unsur rohani iaitu diri rahsia Allah belum bercantum dengan badan kebendaan. Alam mithal jenis ini berada di Alam Malakut. Ia merupakan peralihan daripada alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Mithal di mana proses peryataan ini, pengujudan Allah pada martabat ini belum zahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata.
Diri rahsia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan kepada ubun-ubun bapa, iaitu perpindahan dari alam roh ke alam Bapa (mithal).
Alam
Mithal ini terkandung ia di dalam “Walam yakullahu” dalam surah Al-Ikhlas iaitu
dalam keadaan tidak boleh di bagaikan. Dan seterusnya menjadi “DI”, “Wadi”,
“Mani” yang kemudiannya di salurkan ke satu tempat yang bersekutu di antara
diri rahsia batin (roh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat yang dinamakan
rahim ibu. Maka terbentuklah apa yang di katakan “Maknikam” ketika berlakunya
bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapa)
Perlu diingat tubuh rahsia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam keadaan rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi zahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.
Perlu diingat tubuh rahsia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam keadaan rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi zahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.
6.
ALAM AJSAM(NASUT/A’YAN FARIJAH/ALAM MULKI)
Dinamakan ALAM
MULKI ertinya barang yang didapati dengan mata kepala.
Dinamakan ALAM
KHARIJAH ATAU ALAM FARIJAHyakni:
-
Roh Rihan iaitu roh keluar masuk
-
Semangat iaitu roh keluar tanpa masuk, jadi hilang akal
-
Nafsu – berkehendak pada makan, minum, kemuliaan, kemashuran, sanjunga
-
Roh Jasmani – bekehndak kepada seksual
-
Hati – keran alim dan inayah
-
Panas matahari – merasa sakit pedih, panas kepada tubuh
Dinamakan
juga ALAM JASMANI, ALAM SEGALA TUBUH, ALAM NAFS, ALAM ‘jamad’, ‘nabat’,
‘Haiwani’, ‘Insani’, ‘Jin’, ALAM NABI ADAM, AWAL BAPA MANUSIA,
Dinamakan
Alam Tanah, Air, Api Angin (anasi r 4 istimewa di sisi Allah) iaitu diajadikan
daripada tanah Nurani, Air nurani, Api Nurul Azam, Angin Nurani.
Dinamaka ALAM
MILADUTHALASA iaitu ALAM Maadan (alam galaksi, Alam Nabati (alam
Tumbuhan), Alam Haiwani (alam binatang)
Maka
hati yang bernama Roh itu telah jadi berbilang- bilang nama kerana menurut
berapa banyaknya bilangan manusia dan haiwan yang dilahirkan di dunia ini
dengan nama:
a.
Hati sanubari
b.
jantung sanubari dan itulah hati yang tabie, semula jadi kepada makhluk.
Mana-
mana makhluk yang ingin menjadikan Dirinya pada darjat sebenar- benar Insan
iaitu:-
a.
Insan Rabbubiah
b.
Insan Mausup
c.
Insan Ubudiah
Pada
merekalah yang tersebut itu mempelajari Ilmu Tasaup dan Ilmu Tasawwuf yang
sebenarnya, daripada Tasaup Islam dan daripada guru- guru yang Mursyid, bukan
pada guru- guru orang kafir seperti orang- orang Kristian dan Yahudi, walaupun
bersamaan mentauhidkan Tuhan.
Kata
pepatah: “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Kalau guru- guru yang
bukan Mursyid itu akibatnya tidak mendapat Hidayah dan Taufik. Khalasahnya maka
jadilah hati itu berbilang nama dan berbilang sifat, tetapi tiada berbilang
pada Zat.
7.
ALAM INSAN
Dinamakan ALAM
MARTABAT INSAN KAMIL. ALAM MARTABAT JAMI
Dinamakan ALAM
HIMPUNAN SEGALA ALAM yakni:
-
AHADIAH (Ya nuraniyi yang qadim)
-
ARWAH (Hadith)
-
WAHDAH DARI WAHIDIAH (Tajjali akhir)
Adapun
Alam Insan itu, perhimpunan pada segala martabat. Pada sisi Allah martabat
Insan itu tiga perkara:-
a.
martabat insan Rabbubiah, iaitu Insan Khas Ul Khas
b.
martabat insan Mausup, iaitu Insan Kamil Wa Mukamil
c.
martabat Insan Ubudiah, iaitu Insan Kamil Mukamil
Maka
pada sisi makhluk martabat insan sangat banyak seperti:-
a.
martabat raja- raja
b.
martabat menteri
c.
martabat anak raja- raja (tengku)
d.
martabat tun
e.
martabat tan sri
f.
martabat datuk sri
g.
martabat datuk
h.
martabat datuk muda
i.
martabat penghulu
j.
martabat pegawai
k.
martabat tuan
l.
martabat encik dll
Maka
jadilah martabat Alam Insan itu pernceraian manusia yang Kamil, kerana asalnya
dahulu ia kamil di sisi Allah, di dalam Alam Ghaib, sesudah ujud Alam Insan,
maka manusia itu sudah tidak kamil kerana masing- masing membawa haluan untuk
hidup di dalam dunia ini, menurut apa yang diperolehi oleh panca indera yang
lima. Kerana itulah Insan, di dalam ajaran Ilmiah yang mengatasi Sains yang
dinamakan Rohani,
Ilmu
Tasaup terbahagi sebagai berikut:-
a.
dinamakan Insan (Rahsia Allah)
b.
dinamakan Insan Kamil
c.
dinamakan Insan Kamil dan Mukamil
d.
dinamakan Insan Mukamil
e.
dinamakan Insan Sawaan
f.
dinamakan Insan Sawaatun
g.
dinamakan Insan Batin
h.
dinamakan Insan Zahir
i.
dinamakan Insan Mutaiz
j.
dinamakan Insan Ghaib
k.
dinamakan Insan Nakus (Insan Haiwan)
l.
dinamakan Insan Syaitani
Alhamdulillah.... Jelas sekali, ada satu hal yang saya ingin tanyakan pada tuan yang arif billah.... Bagaimana dengan air mutlak untuk mensucikan diri .. Sedangkan air tsb dapat menyucikan seluruh lahir dan bathun kita.... Dan bagaimana dengan anam allah yang satu sehingga dengan nama tsbt kita dapat mengenal Tuhan dengan jelas... Lebih jelas dari cahaya matahari di siang hari yang sangat terik... Terimakasih atas pencerahan tuan guru....
BalasHapusassalamu alaikum wr.wb...
Hapus1.sedikit pengetahuan Tentang Air mutlak untuk mensucikan diri MENSUCIKAN JIWA TAZKIYATUN NAFS
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. Asy-Syams: 9-10)
Manusia yang hidup pasti memerlukan kebersihan diri. Manusia yang hidupnya kotor, tidak seorangpun yang ingin berkawan dengannya, atau menghampirinya, atau bermuamalah dengannya. Tegasnya, ia dibenci orang dan senantiasa dipandang sebagai orang yang menjijikkan di mata orang banyak, sehingga ia merasa dirinya terpencil dari mereka. Karena itulah, apabila badannya kotor atau pakaiannya terkena kotoran, ia akan segera membersihkannya atau menukarnya dengan yang lain. Demikian yang dianjurkan oleh syari’at Islam supaya manusia senantiasa berada dalam keadaan bersih suci, baik secara lahir maupun batin. Tetapi yang selalu diutamakan dan menjadi perhatian manusia selama ini hanyalah yang tampak secara lahir, sedangkan yang ada di dalam batin sering kali dilalaikan dan dibiarkan tidak terurus. Karena itu, pembicaraan dalam bagian ini akan mencoba memberikan petunjuk ke arah tersebut.
Ada dua cara untuk membersihkan diri kita dari hal-hal yang dijauhi oleh agama :
1. Pembersihan diri yang zahir (jasmani) dengan menggunakan air mutlak (air suci yang mensucikan) sebagaimana yang diperintahkan oleh syariat Islam.
2. Pembersihan diri secara batin dan jiwa.
Kita hendaknya sadar akan adanya kotoran dalam jiwa atau batin kita. Kotoran itu adalah dosa dan kesalahan kita sendiri. Cara menyucikannya adalah dengan bertaubat sebenar-benarnya taubat (taubatan nasuha). Cara menyucikan batin kita ialah dengan masuk atau menempuh suatu jalan ruhani atau thariqah yang dibimbing oleh guru ruhani atau Mursyid.
Menurut hukum syariat, wudhu akan batal bila kita membuang air kecil atau membuang air besar, menyentuh kemaluan dengan telapak tangan atau jari, mabuk dan sebagainya. Setelah bersetubuh atau selepas haid dan nifas, diwajibkan pula kepada kita untuk mandi membersihkan hadas besar dari badan, yaitu dengan berwudhu dan mandi.
Mengenai wudhu, ada yang mengatakan bahwa Nabi SAW pernah berkata, “Setiap kali seseorang memperbarui wudhunya, maka Allah akan memperbarui imannya pula, dan cahaya imannya akan berkilau seperti semula dan menjadi semakin terang,” atau yang sama maksudnya dengan hal ini. Apa yang dikatakan Nabi SAW itu sudah jelas karena bukankah wudhu itu juga menggugurkan kesalahan-kesalahan kecil, yang dilakukan oleh manusia, baik disengaja atau sebaliknya. Karena itu pula beliau pernah menyatakan lebih lanjut bahwa pembersihan, yakni wudhu dan mandi dari hadas itu apabila dilakukan berulang kali akan menjadi cahaya di atas cahaya, wallahua’lam. Karena itu, syariat Islam menganjurkan tajdid wal-wudu’ atau senantiasa memperbarui wudhu ketika akan melaksanakan ibadah shalat ataupun sesudah membuang hadas kecil.
Dalam mimpinya Nabi SAW pernah mendengar bunyi terompah sahabatnya, Bilal (mu’azzin beliau) di dalam surga. Kemudian beliau bertanya kepada Bilal, “Hai Bilal ! Apa yang engkau lakukan sehingga aku mendengar bunyi terompahmu di dalam surga ?”
Bilal menjawab, “Hai Rasulullah! Tidak ada yang aku lakukan, selain sering memperbarui wudhuku setiap kali aku berhadas, dan kemudian aku bershalat sunnah al-wudu’ atau sunnah wudu’ selepas itu.”
Kini kita mengerti bahwa kebersihan diri amat penting bagi setiap muslim. Selain itu, manfaatnya sungguh besar bagi orang yang melakukannya, yang seharusnya tidak boleh kita abaikan.
2..apakah saudara nanya nama allah yang keseratus asmaul husna ??
assamu'alikum wr.wb.
Hapussaya lagi belajar ilmu tauhid/tasawuf. mohon bantuannya memberi wejengan ilmu yang bermanfaat. kirim ke email saya. ahmadroziiqbal@ymail co.id
saya ucapkan terimakasih atas bantuannya
Assalam.. Tuan guru saya ingin mengetahui asma Allah yg ke seratus bole ka kira nya tuan smpikan dan ajarkn kepada saya. Ini email saya bole la kira nya kita berbicara dan bljr ilmu Allah dr pihak tuan shazlan_shah16@yahoo.com
Hapusassalammualaikum wr wb..
BalasHapusijin nyimak dan belajar kang..
dan ijin bertanya apakah nama ALLAH Yang keseratus itu?
Salam - minta izin diguna untuk pembelajaran ya.. jazakallah
BalasHapusjos top markotop..
BalasHapustak tambah dikit pada tahap aplikasinya... Allah menciptakan dunia dalam enam hari, semua sepakat, robi yahudi, budhist, brahmana, pendeta tao, dalai lama sepakat, la takyin ahadiyah belum ada makhluk, krn itu hari ahad semua pegawai libur, tanggal abang, hari senin nabi Muhammad lahir sebagai tanda martabat ke dua, senin berasal dr kata itsnain artinya hari ke dua....lebih jelasnya lihat nurkholishw03.blogspot.com
Ass wr wb
BalasHapusSalam kenal kepada Hamba Allah yang di Rahmati
2..apakah saudara nanya nama allah yang keseratus asmaul husna ?? SUDAH (melalui Mursyid )
bolehkah saya bertanya dan menggali Ilmu lebih dalam dari Tuan mengenai kehakekatan . untuk memenuhi rasa keingin tahuan lebih banyak lagi,,,
ibarat seseorang yg berada dipadang tandus dengan dahaganya yg tidak pernah terpuaskan,,,atau terasa kosong dan hampa
Assalamu Alaikum wr.wb
HapusMohon pencerahan mengenai pelengkap dari yg 99 tsb.
Wassalam.
izin salin kang
BalasHapusmohon izin meng copy
BalasHapusAlhamdulillah Pak Ustazd
BalasHapusdengan postingan ini, mampu mengugah diri ini untuk mau bercermin dan terus belajar, semoga pak ustazd dapat memberikan pencerahan yang lebih baik lagi untuk bisa menjadikan hamba ini menjadi dekat kepada Allah SWT...
salam takzim kepada ustazd.... Lombok timur, NTB
Assalamualaikum wr wb..
BalasHapusMohon bantuannya di kirimkan nama yg ke 100.. zulvichkar@gmail.com
Assalamu alaikum wr wb..
BalasHapusSangat bermanfaat tuan guru...
Ijin covy sebagai pembelajaran
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSubhanallah...sungguh menarik sekali,terima kasih atas ilmunya...
BalasHapusMohon izin simpan guru ,
BalasHapusKalo boleh tau nama2 idzmu azzom yg guru ketahui boleh ustad beritaukan dan izjasyahkan ke saya melalui
Moh.hidayat92@gmail.com matur nuwhun sebelumnya
Assalamualaikum Tuan Guru,
BalasHapusSaya bukan ahlinya dalam bidang ini.Saya praktisi Thareqat. Mohon maaf kalau boleh saya berpendapat bahwa mengamalkan asma Allah yang 99 itu jauh lebih penting daripada mencari nama ke 100. Pengalaman, alhamdullila, saya mengetahui nama ke-100 melalui amalan zikir kurang lebih 20 thn. Maaf kalo komentar saya telat dan tidak kontestual. komentar ini untuk saudaraku yang bertanya nama Allah ke-100. Wallahu'alam. Salam dari saya yang fakir ilmu.
Lanjut kan,, tentang asmaul husna yg ke 100,, 😌
BalasHapusAsslamu alaikum warohmatullah w.b..almukarom al ustadz tuan guru..semoga allah,swt,selalu memberkahi dan merahmati,tuan guru..yg dimulyakan allah.sya sangat lah senang karna .tuan guru yg sangat luas..pandangan pengetahuan ilmu nya.yg begitu dahsyat uraian2 an.membedah martabat 7.mengikuti manuskrip islam.tidak acak..dng paham2 yahudi..kristen..dll..seperti yg lain2.sehingga sebagian pembaca tdk lagi.ada spirit ruh islam.karna dibikin jadi gado,,sehingga ahirnya berpandangan semua AGAMa.adalah sama.-tentang asma ul usna yg keseratus..g usah jga diangkat..byarlah mereka menempuh untuk mendapatkan nya.terima kasih.salam takziim.alpaqir...
BalasHapusAssalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh..izin menyimak kang ustadz, subhanalloh dan Alhamdulillah u penjelasan MARTABAT 7 yg sangat detail , semoga Alloh merahmati kang ustadz dan semua yg hadir di sini, dan u kang ustadz ..jazakalloh sudah mau berbagi dg ikhlas..
BalasHapus